Oleh: Wartawan Republika, Ratna Puspita
REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Iring-iringan kendaran keluar dari Kantor Daerah Kerja Kota Makkah, Rabu (16/9) pukul 10.00 waktu Arab Saudi. Ada sekitar delapan kendaraan, satu di antaranya yang mengangkut saya dan teman-teman Media Center Haji (MCH) Daerah Kerja Makkah.
Kendaraan melaju dengan kencang melewati terowongan, lalu melintasi jamarat atau tempat melontar jumrah. Selepas itu, saya bisa melihat tenda-tenda berbentuk kerucut dan berwarna putih berjajar. Cungkup-cungkup tenda putih masih menjadi pemandangan utama hingga lebih dari lima kilometer.
Tenda itu yang akan menjadi tempat menginap jutaan jamaah dari seluruh dunia ketika menginap di Mina. Deretan tenda putih masih terlihat setelah dua billboard besar di sisi kiri dan kanan jalan bertuliskan MINA ENDS HERE. "Setelah billboard ini lah Mina Jadid," ujar Kepala Seksi Media Center Haji (MCH) Muhammad Khoeron Abdurori.
Keberadaan billboard itulah yang masih kerap menyisipkan ragu dalam diri para jamaah yang ditempatkan di Mina Jadid ketika prosesi mabit atau bermalam. Jadid dalam bahasa Arab berarti baru. Mina Jadid berarti Mina Baru.
Mina Jadid terletak di perbatasan bahkan dianggap masuk wilayah Muzdalifah. Kendati sudah ada fatwa yang menyatakan keabsahan melakukan mabit di Mina Jadid, masih ada jamaah meragukannya. Selanjutnya, kendaraan melewati Muzdalifah yang didominasi gunung dengan pecahan-pecahan batu di bagian kiri dan kanan.
Sekitar sepuluh menit, kami tiba di Padang Arafah yang sangat berbeda dari bayangan saya selama ini. Saya mengira Padang Arafah merupakan padang tandus. Padang Arafah dikelilingi gunung-gunung batu. Namun, pohon-pohon setinggi tiga hingga empat meter tampak berjajar di Padang Arafah.