REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ratna Puspita dari Tanah Suci
MAKKAH -- Kepala Daerah Kerja (Daker) Madinah Nasrullah Jasam menuturkan, Daker Madinah selaku penanggung jawab penyelenggaraan mabit di Mina menyiapkan tujuh posko perlindungan jamaah.
Terdiri dari: tiga posko di dekat jamarat, tiga posko mu'aisim, dan satu posko di Aziziah untuk jamaah yang salah keluar ke arah Makkah.
Setiap posko di Mu'aisim dan posko Aziziah diperkuat dengan 11 personel. Dua posko di jamarat dengan 16 personel, kecuali Posko Jamarat 1 diperkuat dengan 23 personel. "Mereka bekerja secara shift," ujar Nasrullah.
Dia menambahkan, ada juga posko jamaah tersasar di Tenda Misi Haji Mina. Semua jamaah yang tersasar akan diarahkan ke posko jamaah tersasar.
Selanjutnya, petugas akan mencatat nomor maktab. Mereka juga akan diberi makan dan minum. "Nanti dilihat posisi maktab itu. Maktab yang satu area akan dikumpulkan sehingga dapat diantarkan bareng," kata Nasrullah.
Nasrullah mengatakan, dua moda sudah disiapkan untuk mengantar jamaah, yaitu sepeda motor dan mobil coaster berkapasitas 25 orang. "Kalau jaraknya dekat pakai motor. Kalau sampai Mina Jadid itu pakai coaster," ujar dia.
Mina Jadid merupakan wilayah Mina yang berbatasan dengan Muzdalifah. Sebagian jamaah Indonesia menempati tujuh maktab di Mina Jadid. Setiap maktab bertanggung jawab terhadap tiga ribu jamaah.
Nasrullah menuturkan PPIH Arab Saudi juga sudah mengerahkan tim evakuasi tanpa alat untuk memindahkan jamaah tanpa ambulance. Ini untuk membantu jamaah yang kelelahan setelah melontar jumrah.
Tim evakuasi tanpa alat yang mengenakan rompi berwarna hijau terang ini biasanya membawa kursi roda sehingga jamaah yang kelelahan dapat dengan cepat diantar ke Tenda Misi Haji. "Jumlahnya sekitar 12 sampai 15 orang," ujar dia.
Persoalan lainnya dalam manajemen jamaah di Mina juga cukup kompleks. Jamaah harus berada di Mina selama empat hari dengan fasilitas seadanya. "Ada permasalahan air, katering, dan pendingin ruangan," kata dia.
Juga, Pemerintah Arab Saudi membatasi jalan yang dapat akses oleh petugas haji Indonesia. Pemerintah setempat juga melarang adanya bendera di posko-posko agar jamaah lebih mudah menemukan petugas.