" Tim mendatangi lokasi kejadian di Mina, mendatangi maktab-maktab di Mina Jadid, dan menggali informasi dari berbagai pihak. Baik kepala rombongan, kepala kloter hingga jamaah yang masih selamat," ujar Irjen Kemenag M. Jasin kepada Republika, Rabu (30/9).  

Ia menjelaskan, penggalian informasi ini diperlukan untuk mendapatkan hasil yang valid terkait penyebab terjadinya insiden Mina. 

Sebab, Panitia Penyelenggara ibadah haji ( PPIH ) telah mengeluarkan larangan untuk tidak melempar jumrah pada 10 Dzulhijah 1436 H, antara jam 08:00-10:00 pagi waktu setempat. Namun pada kenyataannya masih ditemukan jamaah haji asal Indonesia pada waktu tersebut.

Ia melanjutkan, dari hasil penelusuran yang dilakukan nantinya akan diketahui apakah larangan tersebut telah tersosialisasikan dengan baik kepada jamaah dan kepala regu saat manasik di Indonesia.

Atau justru hal tersebut terjadi karena adanya ketidakpatuhan dan ketidaktaatan para pihak terhadap anjuran atau larangan PPIH tersebut.

Nantinya, hasil dari penelusuran informasi  ini akan dianalisis dengan tajam dan digunakan sebagai bahan rekomendasi untuk penyusunan kebijakan oleh Menteri Agama maupun Ditjen PHU sebagai langkah untuk melakukan perbaikan atau reformasi pelayanan haji secara menyeluruh.

Dengan demikian pelayanan haji menjadi lebih profesional, berkualitas, effisien dan didukung oleh sistem yang berbasis electronic Technolog( IT ) yang terintegrasirasi.

Selain itu, peristiwa ini juga  merupakan pelajaran yang sangat berguna untuk meminimalisir kasus serupa terjadi pada penyelenggaraan haji  di masa yang akan datang. "Jadi Masih dievaluasi di lapangan, belum berbicara masalah sanksi. Tunggu saja hasilnya," katanya.