REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ratna Puspita dari Tanah Suci
MAKKAH -- "Sekarang saya tinggal nunggu kabar Dikdik (Muhammad Tasdik) dan Ira (Kusmira)," ujar Irfan Firdaus, jamaah haji asal Kelompok terbang (Kloter) JKS 61 Embarkasi Jakarta-Bekasi melalui pesan whatsapp kepada Republika, Jumat (2/10).
Irfan baru saja menerima kabar kakak iparnya, Ima Rismawati, termasuk satu dari 31 jamaah haji Indonesia yang teridentifikasi sebagai korban wafat tragedi Mina. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mengumumkan 31 nama jamaah itu Jumat pagi.
Pada 30 September 2015 atau dua hari lalu, PPIH Arab Saudi mengumumkan nama kakak Irfan, Atang Gumawang Dede Herlan, sebagai korban wafat peristiwa di Jalan 204. Irfan pun langsung melakukan konfirmasi ke Kantor Daker Makkah mengenai kabar itu. "Saya ingin tahu foto kakak saya di Al Muaisim," ujar dia.
Irfan yang turut menjadi korban berdesak-desakan sebenarnya sudah mengetahui nasib Atang dan Ima beberapa jam pascakejadian. Kala itu, Irfan melakukan penyisiran di Jalan 204 karena belum bertemu empat anggota keluarganya. Dalam penyisiran itu, Irfan menemukan jasad Atang dan Ima.
Namun, dia tidak menemukan dua anggota keluarganya yang lain, yaitu Dikdik dan Ira. Ira adalah adik Irfan, sedangkan Dikdik merupakan suami Ira atau adik ipar Irfan. "Kami berangkat haji tujuh orang," kata dia.
Beberapa hari lalu, Irfan sempat menerima kabar Ira dan Dikdik dirawat di rumah sakit milik pemerintah Arab Saudi. Namun, kabar itu ternyata tidak jelas. Hingga kini, belum ada kepastian mengenai nasib adik dan adik iparnya tersebut.
Irfan tidak hanya berpangku tangan. Setiap hari sejak kejadian, Irfan bersama istrinya, Sisca Anisa, selalu mendatangi Pemulasaraan Jenazah di Al Muaisim. Pemulasaraan Jenazah di Al Muaisim memang tidak mudah dimasuki oleh semua orang. Hanya petugas yang dapat mengakses tempat penyimpanan jenazah.
Namun, Irfan dapat masuk ke ruang foto para korban tragedi Mina. Gedung ruangan foto tersebut terletak di seberang gedung penyimpanan jenazah. Ada dua gedung yang memasang foto-foto para korban. Gedung pertama berisi foto-foto rilis lama, gedung kedua berisi rilis foto baru.