Selasa 06 Oct 2015 16:36 WIB

Polri Diminta Ambil DNA Anak Korban Crane

Rep: Antara/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah jamaah melintasi crane proyek perluasan masjid yang jatuh di Masjidil Haram, Makkah, Sabtu (12/9).   (Reuters/Mohamed Al Hwaity)
Sejumlah jamaah melintasi crane proyek perluasan masjid yang jatuh di Masjidil Haram, Makkah, Sabtu (12/9). (Reuters/Mohamed Al Hwaity)

REPUBLIKA.CO.ID, Polri Diminta Ambil DNA Anak Korban Crane

MAKKAH -- Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi meminta Polri mengambil DNA anak dari jamaah Indonesia, yang menjadi korban meninggal dalam musibah "crane" roboh di Masjidil Haram pada 11 September 2015 lalu. "Untuk jamaah korban 'crane' ada 54 orang, satu orang masih hilang yaitu Janiro," kata Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah PPIH 1436 Hijriyah, Arsyad Hidayat di Makkah, Arab Saudi, Selasa (6/10).

Dia mengakui sampai saat ini jenazah Janiro Ganumbang Siregar dari kelompok terbang (kloter) 9 embarkasi Medan (MES 09), belum ditemukan.

Menurut kesaksian seorang teman satu kloter yang ikut beribadah di Masjidil Haram pada saat itu, Janiro termasuk yang menjadi korban meninggal. Selain Masnauli dari kloter yang sama.

"Pada kesempatan pertemuan dengan tim DVI (disaster victim identification) semalam, kami akan mengambil sampel DNA anak dan suaminya Janiro," kata Arsyad.

Sampel DNA kakak korban yaitu Amalia, yang ikut dalam perjalanan ibadah haji, menurut Aryad, belum cocok dengan rumus DNA yang ada dalam file jenazah yang diduga Janiro itu.

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah telah mengirim surat kepada Kapolri untuk meminta bantuan memfasilitasi pengambilan sampel DNA anak Janiro. "Mudah-mudahan dengan upaya itu sesegera mungkin kami bisa mengidentifikasinya (jenazah Janiro)," kata Arsyad.

Janiro dilaporkan hilang oleh kakak perempuannya Amalia Siregar, sehari setelah peristiwa "crane" roboh. Salah seorang saksi mata melihat Janiro ikut jadi korban berdarah dan luka parah ketika peristiwa terjadi. Namun hingga kini jenazah Janiro belum ditemukan oleh tim perlindungan jamaah PPIH.

Lebih jauh Arsyad mengharapkan terkait korban peristiwa Mina, Otoritas Arab Saudi di pemulasaran mayat, Al Mu'ashim, Makkah bersikap terbuka dengan mengizinkan tim PPIH mendapatkan akses yang luas untuk mencari file sidik jari jenazah korban Mina yang berasal dari Indonesia.

"Saat ini secara non-official mereka memberi (file dokumen) sidik jari, tapi jumlahnya sangat terbatas, kadang 10, kadang 20. Kami ingin seluruhnya," katanya.

Dengan data yang berisi sidik jari itu, asal negara, nomor visa, dan data lainnya, maka 25 jamaah Indonesia yang hilang diharapkan Arsad bisa ditemukan lebih cepat. "Mudah-mudahan dengan adanya pendekatan dan diplomasi dari tim DVI dibawah koord Kementerian Kesehatan Haji (Arab Saudi) kami bisa percarian pengidentifikasian korban," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement