REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Penelitian Institut Wali Masjid Suci untuk Riset Haji dan Umrah menyatakan musim haji selama sepuluh tahun ke depan bertepatan dengan cuaca terpanas dalam satu tahun di Arab Saudi. Dilansir dari Al-Arabiya, Senin (21/3), bulan-bulan panas September, Agustus, Juli, dan Juni dalam sepuluh tahun mendatang akan menjadi waktu datangnya para peserta haji dari berbagai negara.
Melihat hal itu, penelitian tersebut memperingatkan para peserta haji dalam sepuluh tahun ke depan untuk bersiap-siap menghadapi musim panas nantinya. Terlebih paparan panas sinar matahari sering menjadi penyebab gangguan kesehatan bagi para peserta haji.
Tahun lalu, penelitian itu juga mencatat peningkatan cukup tinggi kasus korban gelombang panas matahari selama musim haji. Beberapa penyakit musim panas pun diperkirakan akan memengaruhi aktivitas ibadah peserta haji pada musim-musim selanjutnya.
Berdasarkan penelitian, Makkah dan daerah-daerah di sekitarnya akan sangat panas dalam sepuluh tahun ke depan. Para periset memperingatkan peserta haji untuk menyiapkan berbagai hal-hal penting untuk berjaga-jaga menghadapi musim panas selama berhaji.
Para peserta haji dianjurkan untuk menghindari paparan sinar matahari langsung. Lebih baik mengenakan payung jika berada di luar ruangan, menutupi kepala, serta mengenakan pakaian berwarna terang. Diimbau pula agar jamaah haji banyak mengonsumsi air atau minuman ringan, dan saat mandi tetap menyalakan pendingin ruangan.
Penelitian tersebut menjelaskan tanda-tanda dari terlalu banyak terpapar sinar matahari adalah suhu badan yang meninggi, sakit kepala, kehilangan kesadaran, detak jantung meningkat, serta berkeringat deras. Selama musim haji tahun lalu, tercatat 1014 kasus kelelahan karena suhu udara tinggi, 723 jamaah lemas karena paparan sinar matahari, serta 1737 alami luka karena suhu panas.