Kamis 04 Aug 2016 13:03 WIB

Kiat Agar Jamaah Haji tak Tercecer di Tanah Suci

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Damanhuri Zuhri
Ilustrasi Masjidil Haram
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Masjidil Haram

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap tahunnya, tak kurang dari tiga juta umat Muslim yang menunaikan ibadah haj di Kota Suci Makkah dan Madinahi.

Kondisi Masjidil Haram dan Masjid Nabawi yang dipadati jutaan jamaah haji, seringkali membuat jamaah haji tercecer dari rombongan, terutama jamaah haji lansia.

Berikut ini, tips aman agar tidak tercecer di Tanah Suci yang disampaikan Ustaz Faishal, salah seorang pembimbing jamaah haji Maktour kepada Republika.co.id.

Pertama, Ustaz Faishol menyarankan, ketika berangkat ke Masjid Nabawi atau pun Masjidil Haram, hendaklah senantiasa datang bersama rombongan.

''Usahakan, ada salah satu teman yang sudah berpengalaman, misalnya pernah umrah,'' ungkap Ustaz Faishal kepada Republika.co.id, Kamis (4/8)a

Kedua, jika masuk ke Masjid Nabawi ataupun Masjidil Haram, hendaklah selalu ingat di pintu mana masuk? ''Usahakan jamaah  haji senantiasa memerhatikan nomor pintunya. Jadi, setelah selesai beribadah dapat keluar di pintu yang sama,'' papar Ustaz Faishal menjelaskan.

Ketiga, bagi calon jamaah haji yang tergabung dalam gelombang pertama dari Jakarta menuju Madinah untuk langsung umrah di Masjid Bir Ali, harap memperhatikan nomor pintu. Tidak sedikit jamah yang tercecer di masjid itu akibat tidak memperhatikan nomor pintu. ''Perhatikan pula bus yang mengantarkan jamaah haji,'' jelasnya.

Kelima, para jamaah haji diimbau tidak keluar dari lingkungan tenda saat berada di Arafah. Kendati, ingin bersilaturahim di tenda kerabat. ''Fokus saja mempersiapkan diri saat di Arafah. Banyak orang keluar tenda, akhirnya tidak bisa kembali karena ada jutaan orang di Arafah,'' kata Ustaz Faishal mengingatkan.

Keenam, jangan terlalu jauh meninggalkan rombongan. Kalau ke toilet dengan ketua regu atau rombongan agar lebih terkoordinasi, sehingga ketua rombongan tak merasa kehilangan di mana posisi jamaah berada.

Kedelapan, ketika melontar jumrah di Mina, usahakan tetap bersama rombongan. Karena kondisi di sana sangat padat. ''Buatlah tempat untuk janjian bertemu setelah selesai melontar jumrah. Ketua rombongan akan mengabsen bersama berapa orang. Berangkat dan pulang bersama,'' jelas Ustaz Faishal.

Kesembilan, selama di Masjidil Haram, ketika melaksanakan ibadah tawaf dan sai, usahakan tetap berkelompok. ''Usahakan ibu-ibu berada di tengah, sementara bapak-bapak mengelilinginya. Dan selalu ada bagian depan dan belakang,'' kata Ustaz Faishal menerangkan.

Bagian depan, kata Ustaz Faishal, mengarahkan jalur tawaf, sementara yang belakang mengawasi jamaah. ''Jadi ritme tawaf harus mengikuti orang yang paling lambat jalannya. Tidak boleh terlalu cepat, harus mengikuti kecepatan orang-orang tua,'' jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement