REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN -- Sebanyak 115 calon jamaah haji asal Kabupaten Kuningan yang tergabung dalam kloter 58, terpaksa berangkat ke Tanah Suci lebih awal bergabung bersama kloter 5, Kamis (11/8). Hal itu menyusul adanya keterlambatan visa yang dialami 116 orang calhaj di kloter lima.
Keberangkatan 115 calhaj kloter 58 itu dilepas langsung Bupati Kuningan, Acep Purnama, di Alun-alun Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan. Mereka selanjutnya akan bergabung bersama 334 calhaj kloter lima yang telah lebih dulu diberangkatkan dari Terminal Tipe A Kertawinangun Kuningan, Rabu (10/8).
‘’Mereka semua terbang hari ini ke Tanah Suci,’’ ujar Kepala Kemenag Kabupaten Kuningan, Undang Munawar, didampingi Kepala Seksi Haji Kementerian Agama Kabupaten Kuningan, Hamzah Rukmana, kepada Republika, Kamis (11/8).
Hamzah mengakui, kondisi itu terjadi akibat terkendala masalah visa. Dari 440 calhaj yang masuk kloter lima, ternyata ada 116 orang calhaj yang visanya belum keluar. Padahal, calhaj kloter lima dijadwalkan terbang ke Tanah Suci Kamis (11/8).
Di sisi lain, di kloter 58, dari sekitar 340 orang calhaj, terdapat 115 orang calhaj yang visanya telah keluar. Padahal, calhaj kloter 58 dijadwalkan baru berangkat 30 Agustus mendatang.
Dengan adanya kondisi tersebut, 115 calhaj di kloter 58 yang seharusnya berangkat 30 Agustus 2016, berangkat lebih awal dan bergabung dengan kloter lima.
Sedangkan 116 calhaj di kloter lima yang seharusnya terbang hari ini, harus bersabar menunggu keberangkatan bersama kloter 58. ‘’Jadi 116 orang calhaj di kloter lima mundur berangkat bersama kloter 58. Insya Allah pada 30 Agustus nanti,’’ terang Hamzah.
Bupati Kuningan, Acep Purnama menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Kuningan, khususnya calhaj yang mengalami keterlambatan visa. Dia mengatakan, Pemkab Kuningan bersama Kementerian Agama Kabupaten Kuningan berusaha maksimal untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
Acep menambahkan, ibadah haji memiliki makna dan hikmah yang sangat luhur. Selain itu, berhaji pun merupakan pengungkapan syiar atau kebesaran Allah SWT, sekaligus mengambil pelajaran dari pergaulan antarbangsa dengan ragam budaya dan adat istiadatnya.
‘’Para calon jamaah haji yang akan berangkat dan keluarga yang ditinggalkan mendapat rahmat dan perlindungan dari Allah SWT. Calon jamaah haji pun dapat kembali dengan sehat ke tengah keluarga,’’ jelas Acep Purnama menambahkan.