Kamis 11 Aug 2016 17:24 WIB

Memohon Doa di Multazam

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Achmad Syalaby
Multazam di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.
Foto: Antara/Prasetyo Utomo/ca
Multazam di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, Multazam adalah sebuah tempat diantara Hajar Aswad dan pintu Ka'bah. Tempat ini diyakini sebagai tempat yang paling mustajab untuk berdoa di sekitar Ka'bah.

Hal ini didasari dengan sebuah hadis riwayat sahabat Abdullah Bin Abbas, Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Multazam adalah tempat dikabulkannya do'a. Tak ada satu pun do'a seorang hamba di Multazam kecuali akan dikabulkan." (HR. Ahmad)

Tak heran, jika banyak sekali orang-orang yang berdesak berdesakan hanya untuk dapat berdoa di Multazam. Jika memang kondisinya tidak memungkinkan, lebih baik jangan dipaksakan, karena bisa jadi Anda mengejar sunnah namun malah dosa yang Anda dapatkan karena bisa melukai dan menyakiti perasaan sesama Muslim.

Multazam menjadi tempat yang paling diburu jamaah haji dan umrah setelah mengerjakan tawaf. Saat sekeliling Ka’bah dipenuhi jamaah, tak mudah untuk mencapai Multazam. Setiap orang berusaha untuk mencapai tempat yang mustajab itu. Jamaah haji dan umrah pun berdoa dengan penuh kekhusyukan.  Bersimpuh memohon ampunan dan memanjatkan berbagai harapan kepada Sang Khalik.

Tentang terkabul atau tidaknya doa itu tetap menjadi otoritas penuh Allah SWT karena Dia yang paling mengetahui hal-hal yang baik bagi hamba-hamba-Nya. Kita hanya berikhtiar maksimal untuk memenuhi apa yang baik dalam memanjatkan doa tersebut, antara lain:

Pertama, memulai dengan bismillah, lalu memuji Allah. “Maka bertasbihlah dengan memuji Rabb-mu dan mohonlah ampun kepada-Nya.” (an-Nashr 3). Memulai dengan mengembalikan kekuasaan dan kebesaran pada Allah SWT.

Kedua, bershalawat dan salam kepada Nabi karena di samping hal ini adalah perintah Allah dalam Alquran juga apa yang diriwayatkan sahabat dari Anas bin Malik, “Tidaklah seseorang berdoa kecuali antara dia dan langit ada hijab, sampai dia bershalawat kepada Nabi”.

Ketiga, menyebut nama-Nya, asmaul husna, dengan lembut dan santun karena dengan mengenal nama dan sifat-Nya (asma wa shifah) kita akan mengenal dan merasa dekat dengan Zat yang akan kita seru. Hanya kedekatan yang membuka peluang makbul “Dan Allah memiliki asmaul husna maka berdoalah dengan menyebut asmaa-ul husna itu.” (QS al-A’raaf 180).

Keempat, menyampaikan apa yang diinginkan dengan penuh harap baik dengan doa yang ada dalam Al quran, hadis, maupun formulasi sendiri, misalnya, “Allahummakfinii bihalaalika an haraamika, wa aghninii bifadhlika ‘amman siwaaka.” (Ya Allah berilah saya rezeki yang halal, bukan yang haram. Dan kekayaaan (rezeki yang melimpah) yang Engkau ridhai bukan yang Engkau murkai)" HR Turmudzi.

Kelima, berprasangka baik terhadap Allah bahwa Allah akan mengabulkan doa-doa kita. Tentu jika kita ingin didengar dan dikabul doa maka kita selalu berupaya untuk mendekat melalui amal-amal saleh yang kita kerjakan sehari-hari. Menjauhi perbuatan buruk yang dapat mengganggu kabulnya doa tersebut.

Selain bersimpuh dan berdoa di Multazam, jamaah pun berlomba menggapai pintu Ka’bah. Mereka memeluk rumah Allah SWT itu sambil memanjatkan doa. Ada pula yang menangis, bahkan tak sedikit yang histeris.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement