REPUBLIKA.CO.ID,MAKKAH -- Suhu udara yang diprediksi bisa mencapai 50 derajat celcius menjadi tantangan tersendiri bagi jamaah haji Indonesia ketika menjalankan ibadah wukuf di Arafah pada 11 September. Begitu pula terpaan angin besar yang berpotensi ketika jamaah berada di padang Arafah tersebut.
Ada beberapa tips yang bisa dilakukan jamaah dalam menghadapi cuaca ekstrem Arafah. Berikut beberapa tipsnya. Pertama, hindari tempat terbuka. Jamaah sebisa mungkin menghindari tempat terbuka guna menghindar dari paparan sinar matahari. ‘’Jamaah usahakan agar berada di tenda saja, nggak usah keluar agar tidak terkena paparan sinar matahari,’’ kata Penghubung Instansi Kesehatan Daker Makkah, Ramon Andreas, Jumat (9/9).
Kedua, gunakan pelindung. Jikapun harus keluar ke tempat terbuka, menurut Ramon Andreas, jamaah disarankan untuk menggunakan pelindung. Gunakan kacamata hitam atau sun-glasses guna melindungi mata dari paparan sinar matahari dan debu pasir Arafah.
Jamaah diimbau juga menggunakan payung guna melindungi kepala dan badan dari sengatan langsung sinar matahari. ‘’Sebagai alat proteksi diri untuk menghadapi cuaca panas ekstrem ini, jamaah harus pakai payung ketika keluar tenda,’’ kata petugas Tenaga Kesehatan Haji Indonesia, Tunggul Birowo, Jumat (9/9).
‘’Pakai kacamata hitam untuk menghindari terpaan sinar matahari. Kalau proteksinya sedemikian bagus, saya kira tidak akan timbul masalah bagi jamaah.’’
Ketiga, sedia semprotan air. Jamaah diimbau juga menyediakan semprotan air sebagai alat proteksi diri terhadap cuaca panas ekstrem. Ketika keluar ke tempat terbuka, wajah akan langsung diterpa sengatan panas. Karena itu, kata Tunggul, jamaah bisa menyemprotkan air ke wajah ketika sudah panas akibat terkena paparan panas sinar matahari.
Keempat, memakai masker. Ramon menyarankan agar jamaah haji menggunakan masker untuk menghindari terpaan debu pasir Arafah. Karena, debu yang masuk ke hidung bisa menyebabkan ISPA yang gejala-gejalanya demam, batuk pilek, sesak nafas.
Cara mencegahnya yakni melindungi hidung dengan menggunakan masker dan menghindari kondisi-kondisi lapangan yang kemungkinan terpapar debu. Ramon mengimbau jamaah haji memakai masker yang dalam kondisi dibasahkan. ‘’Itu biar uap basahnya terserap, biar debu-debunya tertahan dan kelembaban terasakan,’’ kata dr Ramon mengingatkan.
Kelima, minum cukup air. Menurut Tunggul, kunci utama menghadapi serangan panas adalah cairan. ‘’Saya kira menghadapi cuaca panas yang terpenting adalah cairan harus benar-benar cukup. Cairan bisa didapat dari minum yang teratur sejam sekali. Jumlahnya satu gelas sekitar 250 cc,’’ kata Tunggul.
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Anung Sugihantono, menyarankan jamaah sebaiknya jangan menggunakan sandal jepit saat berada di Arafah. Anung mengatakan sandal jepit lebih digunakan untuk perjalanan jarak pendek. Penggunaan sandal jepit dikhawatirkan justru akan mengganggu kesehatan jamaah seperti cedera lecet.