Selasa 02 May 2017 15:00 WIB

Rute Ziarah ke Makkah pada Periode Ottoman

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Agus Yulianto
Perjalanan kafilah rombongan jamaah haji meninggalkan Kota Makkah menuju padang Arafah pada tahun 1935 (Ilustrasi)
Foto: Gahetna.nl
Perjalanan kafilah rombongan jamaah haji meninggalkan Kota Makkah menuju padang Arafah pada tahun 1935 (Ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, Melakukan ziarah ke Tanah Suci di zaman sekarang, begitu cepat dan terasa nyaman. Berbeda halnya dengan melakukan ziarah pada periode Ottoman, yang bisa memakan perjalanan hingga tiga bulan. Dilansir dari situs World Bulletin, perjalan yang ditempuh pada zaman sekarang hanya berkisar tiga jam melalui perjalanan udara. Sedangkan, pada zaman dulu, ketika moda transportasi menggunakan hewan, maka bagaimana melakukan peziarahan di zaman Utsmaniyah?

Sepanjang sejarah, bagi orang-orang percaya yang pergi berziarah melalui darat, ada tujuh rute yang berbeda untuk digunakan dan bisa membawa mereka ke tempat-tempat suci. Tujuh jalan ini adalah jalan yang menuju Makkah dari Damaskus, Mesir, Aden, Amman, Lahsa, Basra, dan Baghdad. Di masa Dinasti Utsmani, prioritas diberikan pada dua jalan dari tujuh jalan ini di bawah kendali negara yang sedang digunakan. Inilah jalan-jalan Damaskus dan Kairo.

Jalan Damaskus

Bagi orang-orang Muslim yang ingin berziarah dari Anatolia dan Rumeli, mereka harus berkumpul di Damaskus sampai dua kelompok peziarah dan kontingen Surre siap untuk pindah. Bagi para peziarah yang ingin menggunakan jalan Damaskus, mereka menggunakan jalan Anatolia yang disebut sebagai 'lengan kanan'. Untuk alasan ini jalan ini juga disebut 'jalan ziarah'. Jalan ini menggunakan rute Uskudar - Gebze - Eskisehir - Konya - Adana - Halep untuk sampai ke Damaskus.

Jalan Mesir

Meskipun kelompok Mesir termasuk kontingen Mesir, sebagian besar peziarah adalah orang-orang yang berasal dari Afrika Utara dan Tengah. Para peziarah yang datang dari Istanbul melalui perjalanan laut juga berkumpul di sini. Fasilitas dan perawatan yang sama dilakukan oleh pejabat tingkat tinggi di sepanjang jalan ini. Hal tersebut dilakukan untuk mengamankan para bandit dan memberikan keamanan dan kenyamanan bagi rombongan Mesir.

Tempat pertama yang akan dilewati rombongan Mesir adalah Birketul-Haji. Sebagian besar peziarah dari Mesir berkumpul di sini. Lalu melewati jalur Vadi-i Numan, Sathul-Akabe, Eyle, El-Vech, Yenbu dan Rabig yang menuju ke jalan yang terkenal yang berakhir di Makkah. Meskipun konvoi Damaskus dan Mesir berubah dari waktu ke waktu, mereka bergabung bersama dan melanjutkan perjalanan mereka ke tempat-tempat seperti Medayin-i Salih, El-Ula, Madinah dan Rabig.

Jalan lainnya

Selain jalan Damaskus dan Kairo, jalan Yaman dan Baghdad, Basra juga populer. Jalan Yaman yang juga merupakan salah satu jalan ziarah yang dihormati, tidak memiliki banyak informasi yang tercatat dalam sumber Utsmaniyah. Terutama dari Yaman, para peziarah dari Asir, Umman, pantai Afrika di Laut Merah, Hadramut dan timur Afrika Tengah menggunakan Jalan Yaman.

Jalan-jalan dari Baghdad dan Basra yang menyebabkan Hijaz dari timur Arabia ke barat, tidak sering digunakan karena perselisihan politik dengan Safevi. Para peziarah dari Iran umumnya menggunakan jalan dari Baghdad ke Basra dan dari sana ke Hijaz. Namun negara Ottoman membuat wajib bagi peziarah dari Iran untuk menggunakan rute yang ditetapkan secara resmi dari Damaskus, Kairo atau Yaman. Jalan ini kadang dibuka, namun terutama pada saat perang ia tetap tertutup dan tidak terpakai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement