Rabu 02 Aug 2017 08:46 WIB

Perwalian Ka'bah: Sejarah Profesi yang Diwarisi oleh Satu Keluarga

Penyerahan ‘Kunci Ka’bah’ dari Sheikh Abdul Qadir al-Shaibi dari Amir Makkah Pangeran Khalid al-Faisal.
Foto:
Pintu Ka'bah masa kini.

Al-Hashimi menambahkan bahwa Nabi Ibrahim mempercayakan, pada gilirannya, perwalian Ka'bah kepada anaknya Ismail, yang meneruskan tradisi sampai meninggal dunia. Setelah itu, tradisi tersebut diambil alih dari putra Ismail melawan keinginan mereka oleh suku Jarham (Banu Jarhma).

Kemudian, datang juga masa di mana kunci Ka'bah dibawa secara paksa oleh  suku Khuzaah (Bani Khuzaah). Namun beberapa wakt kemudian kepemilikan kunci ini kemudiam kembali kepada Qusai ibn Kilab ibn Murrah, yang merupakan kakek buyut Muhammad Muhammad dan keturunan Ismail, Pertama untuk melayani sebagai penjaga Kabaa.

 

Selanjutnya semua hal yang berkaitan dengan kunci Ka'bah dipercayakan kepada Qusai ibn Kilab. Dia memiliki tiga anak laki-laki yaitu Abd al-Dar kakek buyut Shaiba ibn Hasyim yang lebih dikenal dengan Abdul Mutallib), Abd Manaf (kakek buyut nabi Muhammad) dan Abd al-Uzza.

Abd Manaf sangat dihormati di antara suku-suku dan dihormati karena kebijaksanaan dan ketentramannya selama masa hidupnya. Hal itulah yang kemudian mendorong Qusai untuk mempercayakan penanganan Ka'bah kepada Abd Manaf.

Namun, sesaat sebelum kematian Qusai sebagai cara untuk menghormati anak sulung Abd al-Dar, dia mempercayakan kepadanya semua hak dan kekuatannya termasuk pengamanan Kabaa.

(Gambar: Seseorang memegang kunci Ka'bah beserta tasnya.)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement