Kamis 10 Aug 2017 16:48 WIB

Cerita Para Jamaah Korban First Travel yang Gagal Berangkat

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Ilham Tirta
Mochammad Mudhi Soleh (71) jamaah Umrah First Travel memperlihatkan kwintasi pembayaran Umrah di Kantor Pusat First Travel, Jalan TB Simatupang, Jakarta, Kamis (10/8).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Mochammad Mudhi Soleh (71) jamaah Umrah First Travel memperlihatkan kwintasi pembayaran Umrah di Kantor Pusat First Travel, Jalan TB Simatupang, Jakarta, Kamis (10/8).

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah perwakilan jamaah umrah First Travel yang menjadi korban membuat laporan di Polda Metro Jaya, Kamis (10/8). Sebagian besar korban mengaku tidak berangkat umrah dan tidak mendapatkan uang refund.

Salah satu korban yang ikut melapor, Subur Nyoto Raharjo (67 tahun), mengaku mendaftar umrah pada 10 Agustus 2015. Dia juga mendaftarkan lima orang anggota keluarganya. "Lima orang belum diberangkatkan semua, sama anak cucu saya padahal," kata dia di Mapolda Metro Jaya, Kamis (10/8).

Subur mengaku pihak First Travel tidak pernah menghubunginya. Dia sendiri, yang berasal dari Mojokerto Jawa Timur seringkali harap-harap cemas menanti kepastian keberangkatannya. "Enggak pernah menghubungi. Menghubungi kalau nyuruh bayar saja," kata dia.

Jumlah biaya yang dibayarkan Subur pun sudah belasan juta rupiah per orang. Subur mengaku sudah membayar 16.800.000 juta per orang yang dia daftarkan. "Saya minta duitnya balik, wong tidak jadi berangkat tapi belum dibayar juga sampai sekarang," kata dia.

Menurut Subur, alasan yang diungkapkan pihak First Travel tidak jelas. Salah satunya permasalahan visa dan keterbatasan kuota pesawat. Bahkan, Subur pernah dimintai biaya tambahan agar dia segera berangkat. "Ada tuh biaya tambahan Rp 2,5 juta perorang itu diminta, tapi nggak dikasih-kasih, yang mau saya berangkatkan anak tiga dan cucu satu," kata pensiunan pegawai BUMN ini.

Korban lain, Aisyah mengaku telah mendaftar sejak Maret 2013. Dia mendaftarkan 13 orang rombongannya untuk umrah. "Dijanjikan berangkat Mei 2017," kata dia.

Bukan keberangkatan yang didapat Aisyah, tetapi jadwal keberangkatannya justru diundur tanpa alasan yang jelas. Dia mengaku ditawari akan segera berangkat dengan pesawat carteran tambahan. Namun, dia harus membayar uang tambahan. "Pesawat daftar nambah Rp 1,5 juta dijanjikan 6 Juni diundur 9 Juni lalu setop deh, tidak ada pemeberangkatan lagi, tidak tahu juga, saya pusing," kata dia.

Setelah tidak ada kabar kejelasan keberangkatan, akhirnya Aisyah mendapatkan tawaran akan diberangkatkan Oktober tahun ini. Namun, belum sampai bulan Oktober, perkara First Travel telah mencuat. Aisyah pun kini pasrah dan menyerahkannya pada pihak yang berwajib.

"Februari saat dia pasang promo terus, saya curiga sudah, saya bilang jangan promo terus kapan berangkatnya. Saya bahkan japri-in (menghubungi) tuh yang promo, lah saya malah diblokir habis itu," kata Aisyah kesal.

"Saya tanya uangnya kemana, eh dia bilang itu rahasia perusahaan, kacau emang," katanya menambahkan.

Pramana Ikbar, perwakilan jamaah yang melakukan pelapor mengaku, jamaah korban juga sudah melakukan mediasi ke sejumlah instansi. Di antaranya, mereka mengajukan ke Kementerian Agama, Otoritas Jasa Keuntungan (OJK) dan YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia). Namun, solusi yang diharapkan tidak juga dikeluarkan pihak First Travel. "Jadi maunya apa gitu? Ini sudah langkah terakhir kita, langkah hukum," kata dia.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement