Senin 28 Aug 2017 08:11 WIB

Catatan Hamka Naik Haji pada 1950

Buya Hamka
Jamaah haji tempo dulu menggunakan angkutan kapal laut (ilustrasi).

Saat merenungkan acara wukuf, Hamka membahas tema-tema yang lazim ditemukan dalam buku-buku lain (wukuf menyerupaki konggres Islam sedunia, pakaian ihram pakaian kebersamaan dengan kain kafan) serta juga tema terbaru: bangsa-bangsa di dunia bersifat sementara dan tergantung keadaan:”Tidak ada kebangsaan! Kebangsaan hanya istilah dalam hidup, menunggu perhitungan zaman dan tempat.” Indonesia dulu terbagi atas sekian kerajaan, sekarang bersatu dalam sebuah negara, tetapi untuk berapa lama?” “Akankah tetap begitu?” Ini pernyataan yang sangat berani, apalagi tahun 1950.

Salah satu keputusan pemerintah RI untuk membatasi jumlah jamaah haji dengan alasan negara kekurangan devisa, keputusan ini dikecam Hamka.”Apa artinya harta benda, atau kekayaan nasional yang tertumpah ke luar, kalau sekiranya yang dicari ke mari itu adalah keteguhan jiwa? Yang menghisap kekayaan nasional bukanlah orang naik haji yang hanya sekali sekurangnya seumur hidup. Yang menghisap kekayaan nasional adalah kemewahan yang tidak berfaedah, yang ditimbulkan menurut dasar ilmu teknologi, sehingga yang tidak perlu menjadi sangat perlu, dan yang amat perlu sudah tidak perlu lagi.”

Renungan tentang hewan kurban juga terperngaruh oleh pengalaman yang masih segar dalam ingatan tentang berbagai kekerasan yang terjadi selama perang kemerdekaan: setelah merenungkan nasib manusia di dunia (di mana agama Islam membalas teori Marx dan Schopenhauer) timbulah gagasan bahwa penyembelihan hewan kurban perlu agar manusia membiasakan diri dengan darah, karena darah diperlukan oleh kemajuan: kemerdekaan tidak akan tercapai kalau tidak ada darah tertumpah!

Hamka bersikap sangat kritis terhadap pemerintah Arab Saudi. Kalau kita mengingat sikapnya selama 23 tahun sebelumnya (Hamka pertama pergi haji pada tahun 1927), ketika ia naik haji sebagai pemuda yang mengagumi pemerintahan Ibu Saud yang baru menguasai Tanah Arab, kita patut bertanya mengapa tanggapannya begitu berbeda. Ini barangkali disebabkan peristiwa di bidang politik atau keagaman yang tidak disinggung di sini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement