JAKARTA — Setiap peziarah umrah atau pelaku wisata biasa lainnya, kurs dolar memang selalu menjadi perhatian. Untuk saat ini kurs dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena para investor mencerna data ekonomi penting.
''Pelaku bisnis travel haji umrah dan wisata lainnya, pasti mengacu kepada kurs dolar. Untuk umrah misalnya 90 persen komponen biayanya itu dibayar pakai acuan dolar. Hanya manasik dan perlengkapan umrah saja yang dibayar pakai rupiah, kata Pengelola Travel Haji-Umrah, Pacifik Mulia, Anton Subekti, kepada ihram.co.id (16/11).
Menurut dia, Bank Indonesia memang menetapkan bila biaya umrah harus ditentutan dengan harga rupiah. Namun, dalam praktiknya penetapan biaya tersebut tetap mengacu pada kurs dolar. Sedangkan untuk mata uang Real Arab Saudi, kursnya pun sudah dipatok (fixed rate) dengan dolar AS.
"Jadi naik turunya kurs dolar menjadi perhatian para pelaku bisnis travel ini. Kami harus mencermati agar tidak sampai terkena musibah rugi pembiayaan akibat gejolak harga kurs rupiah terhadap dolar AS,'' ujar Anton.
Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan pada Rabu (15/11), bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) naik tipis 0,1 persen pada bulan lalu setelah melonjak 0,5 persen di September.
Sementara itu, kenaikan IHK secara tahun ke tahun turun menjadi 2,0 persen dari 2,2 persen pada September. Angka terakhir ini sejalan dengan ekspektasi pasar.
Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,1793 dolar AS dari 1,1795 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,3168 dolar AS dari 1,3170 dolar AS di sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi 0,7584 dolar AS dari 0,7635 dolar AS.
Dolar AS dibeli 112,95 yen Jepang, lebih rendah dari 113,38 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9888 franc Swiss dari 0,9893 franc Swiss, dan bergerak naik menjadi 1,2769 dolar Kanada dari 1,2731 dolar Kanada.
Pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), kurs dolar AS melemah terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya, karena ketidakpastian mengenai reformasi pajak yang diajukan dan kemampuan ekonomi untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut.
Kekhawatiran bahwa pemotongan pajak perusahaan Amerika Serikat bisa ditunda hingga 2019 telah membuat greenback turun belakangan ini.Selain itu, para investor juga khawatir tentang kenaikan suku bunga, kata analis.
Bagi para pelaku bisnis travel umrah, tarik-turunnya kurs dolar menjadi perhatian. Ini karena meski dibayarkan dalam rupiah, pembiayaan umrah masih memakai kurs dolar sebagai acuannya.