Jumat 22 Dec 2017 16:48 WIB

Komitmen PKS Wujudkan Pembangunan Nasional Ramah Keluarga

Rep: Santi Sopia/ Red: Gita Amanda
Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman (Tengah) memukul Gong di dampingi  Bendahara Umum PKS Mahfudz Abdurahman (Kiri) dan Ketua Bidang dan Ketahanan Keluarga DPP PKS Wirianingsih(Kanan )  dalam pembukaan  kongres Keluarga Indonesia ke 2 di Jakarta, Kamis (21/12).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman (Tengah) memukul Gong di dampingi Bendahara Umum PKS Mahfudz Abdurahman (Kiri) dan Ketua Bidang dan Ketahanan Keluarga DPP PKS Wirianingsih(Kanan ) dalam pembukaan kongres Keluarga Indonesia ke 2 di Jakarta, Kamis (21/12).

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Keluarga merupakan entitas penting yang menjadi penentu perwujudan ketahanan nasional. Mewujudkan pembangunan nasional tidak bisa mengabaikan entitas keluarga. Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK) DPP PKS Wirianingsih mengatakan pembangunan yang berpusat pada manusia harus menjadikan keluarga sebagai unit alamiah dan dari masyarakat. Membangun keluarga berarti membangun investasi besar bagi kemajuan peradaban bangsa.

"Keluarga adalah tempat pertama bagi pembentukan generasi yang akan menjadi penentu utama peradaban bangsa, jika keluarga harmonis dan kokoh, maka bangsa pun akan kokoh dan mampu menghadapi tantangan aman," kata perempuan yang akrab disapa Wiwiek itu pada Kongres Keluarga Indonesia (KKI) ke-2 di Hotel Aston Priority, Simatupang, Jakarta, Kamis (21/12).

 

KKI kedua ini mengangkat tema 'Membangun Komitmen, Mewujudkan Pembangunan Nasional Ramah Keluarga'. Wiwiek melanjutkan, keluarga adalah batu batu pertama bagi peradaban bangsa. Ketahanan keluarga harus menjadi perhatian bagi setiap elemen masyarakat yang terlibat dalam pembangunan.

 

PKS memandang bahwa keluarga sebagai lingkungan sosial terkecil yang egaliter adalah basis internalisasi dan ideologi nilai keadilan. "Namun, PKS juga menyadari bahwa tidak sedikit tantangan yang harus dihadapi setiap keluarga demi mencapai ketahanan keluarga yang diharapkan," tuturnya.

 

Pada Kongres Keluarga Indonesia kedua ini, PKS membacakan Deklarasi Jakarta Indonesia Pro Keluarga oleh berbagai elemen bangsa yang hadir, mulai dari praktisi keluarga, para pemuka aama, perwakilan perempuan partai-partai politik, perwakilan orgaisasi kemasyarakatan, akademisi, hingga masyarakat sipil. Ada setidaknya 13 poin yang termaktub dalam deklarasi, meliputi penegasam bahwa keluarga adalah unit alamiah dan fundamental dalam pembangunan sosial ekonomi, menegakkan, mempertahankan dan membela lembaga pernikahan yang suci sesuai tuntunan agama, dan sebagainya.

 

BPKK DPP PKS memiliki program unggulan, Rumah Keluarga Indonesia (RKI). Di dalamnya, ada pembekalan pranikah, pembinaan lansia, sahabat anak dan remaja mendampingi anak-anak yang gelisah, konsultasi keluarga, pemberdayaan ekonomi keluarga dan lainnya.

 

"Sudah banyak keuarga memproduksi semaca sulam, memproduksi ulang barang-barang bekas dan sebagainya," lanjut dia.

 

Wiwiek mengatakan PKS meyakini bahwa keluarga adalah pondasi penting dalam bangunan negara. Tanpa keluarga, maka tidak ada sebuah bangsa, bahkan sulit berdiri sebuah negara. Negara yang berdiri tanpa memperhatikan faktor penting keluarga cepat atau lambat akan mengalami kemerosotan dalam berbagai segi kehidupan. Kemerosotan yang paling berbahaya adalah kemerosotan moral, tidak ada maknanya kehidupan, jika suatu negara maju namun di saat yang bersamaan mengalami kemunduran moral.

 

Bangsa Indonesia, menurutnya, adalah bangsa yang menjunjung tinggi etika, sopan santun, ramah, memiliki ikatan sosial yang kuat saling tolong-menolong kerja bakti, dan gotong-royong. Hal itu menceminkan sikap religiusitas yang selama ini menjadi dasar sifat, sikap dan perilaku bangsa Indonesia. Para pendiri bangsa kemudian mengikatnya dalam falsafah dasar negara Republik Indonesia yaitu Pancasila. Membangun keluarga juga dilindung Dalam UUD 1945 pasal 28 B.

 

Selain itu, penting juga menjadi perhatian bahwa Indonesia akan mendapat anugerah bonus demografi pada rentang 20 tahun ke depan (2012-2035) dan mencapai puncaknya pada 2028-2031. Usia produktif akan mencapai 70 persen atau sejumlah 180 juta jiwa. Maka Wiwiek menegaskan perlunya pengelolaan yang tepat agar anugerah ini tidak menjadi bencana.

 

Pakar Ilmu Keluarga dari IPB Euis Sunarti menyayangkan fenomena orang tua bekerja sehari penuh dan tidak punya cukup waktu dengan anak. Padahal, minimal harus ada salah satu orang tua yang dekat dengan anak.

 

Dia juga mengkritik kebijakan pindai sidik jari di institusi pendidikan. Menurutnya ada bidang pekerjaan yang memang beorientasi hasil, bukan seperti buruh kerja. Artinya iklim pekerjaan ramah keluarga harus diciptakan.

 

"Ada beberapa bidang pekerjaan yang memang output oriented. Mau masuk jam berapa yang penting tanggung jawab terlaksana, kalau bisa tidak di kantor, tidak perlu ke kantor. Kalau rapat satu jam, tidak perlu di jalan sampai empat jam," katanya yang menyampaikan materi Bunga Rampai Pembangunan Ramah Keluarga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement