Jumat 10 Aug 2018 05:57 WIB

Banyak Jalan Menuju Makkah

.

Fitriyani Zamzami
Foto: dok. Pribadi
Fitriyani Zamzami

IHRAM.CO.ID, Oleh: Fitriyan Zamzami dari Jeddah, Arab Saudi

JEDDAH -- “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,” (QS Al-Hajj: 27).

Tanyalah kepada Najlah (45 tahun) soal bagaimana ia mencapai Arab Saudi. Ia bakal mengisahkan, mulai bertolak dari Gaza, Palestina pada Selasa (7/8) menggunakan bus bersama rombongan sekitar 300 orang. Dari sana, ia harus menempuh perjalanan sekitar 300 kilometer menuju Bandara Kairo di Mesir.

Perjalanan itu bukan sebentar, namun ia dibuat jauh lebih lama dengan pos-pos pemeriksaan di Rafah, wilayah Palestina yang berbatasan dengan Mesir. Pada musim-musim haji begini, blokade di wilayah itu dibuka sementara untuk mengizinkan para peziarah dari Palestina pergi ke Tanah Suci.

Najlah bersama Muhammad, suaminya, dan ibundanya terpilih melalui sistem lotere setelah mendaftar lima tahun lalu. Mereka membayar sekitar Rp 43 juta per orang, ia harus menjual sebagian harta pribadi guna melunasi biaya keberangkatan. Itu bukan angka sedikit di Tanah Air, apalagi di wilayah yang minim pekerjaan macam Gaza.

Tiba di Bandara Kairo, Najlah kemudian berpesawat sekitar tiga jam menuju Bandara King Abdulaziz Jeddah. “Saya belum tidur dari kemarin,” kata dia saat saya temui di Bandara Jeddah, bersiap menaiki bus menuju Makkah.

photo
Sejumlah petugas kesehatan Arab Saudi memberikan imbauan kesehatan pada jamaah haji Indonesia di Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Kamis (9/8). Pada musim haji kali ini, petugas Arab Saudi kerap terlihat berinteraksi dengan jamaah dari berbagai negara termasuk Indonesia.

Ibundanya yang ia dorong di kursi roda nampak semringah diberi air minum oleh salah satu petugas haji Indonesia yang kebetulan lewat. Kebaikan manusia agaknya ia hargai betul mengingat kekejian manusia lain yang biasa mereka dapatkan dari seberang perbatasan di kampung halaman.

Tanyakan juga pada Muslim Uighur yang berangkat ke Tanah Suci dari Xinjiang, Cina. Rela melintasi rerupa pemeriksaan dan sistem pengawasan sekadar untuk mengobati kerinduan dengan Baitullah. Mencari kedekatan dengan Tuhan tanpa batasan-batasan seperti di kampung halaman.

Atau tanyakan pada Jumailiyah (60), seorang jamaah dari Sampang, Jawa Timur, dan Marianah (78) tahun dari Sukabumi, Jawa Barat. Ia nekat mengelabui sistem kuota haji Tanah Air dengan membayar agen yang menjanjikan berangkat haji seketika itu juga. Sebanyak Rp 26 juta mereka habiskan untuk biaya pengurusan visa di luar kuota haji resmi. Belum lagi biaya tiket pesawat dan biaya tinggal di Tanah Suci.

Melakukan perjalanan jauh dari kampung halaman menuju Jakarta, kemudian berpesawat berjam-jam menuju Jeddah, hanya untuk telantar di Bandara Jeddah tanpa kejelasan nasib. Tanpa ada yang menyambut, tak ada yang menjemput. Mengharapkan keajaiban dan akhirnya bisa berangkat juga ke Makkah.

Atau tanyakan pada seorang pengusaha angkutan batu bara dari Banjarmasin yang malu menyebutkan namanya. Ia membayar Rp 175 juta per orang dan berangkat bersama sang istri.

photo
Jamaah haji Afrika tiba di Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Arab Saudi, Rabu (1/8).

Total Rp 350 juta mereka habiskan untuk sampai ke Tanah Suci. Dapat kemewahan berada di Madinah saat kota suci itu sudah ditinggalkan banyak jamaah, namun sempit waktu di Makkah. Dapat potongan waktu tunggu belasan tahun ketimbang haji-haji reguler dari daerahnya.

Tanyakan pada jamaah dari Suriah dan Yaman yang juga sudah mulai nampak tiba di Jeddah. Bagaimana mereka melintasi wilayah-wilayah penuh konflik hingga akhirnya tiba di Jeddah. Beruntung tak terantuk bom-bom dan peluru-peluru yang masih ditembakkan di negara masing-masing.

“Banyak jalan menuju Makkah” bukan omong kosong. Seberat apa pun jalannya, nampaknya bukan halangan bagi Muslim dan Muslimat tersebut untuk mencapai Tanah Suci.

Sebagian membayar dengan nelangsa di perjalanan dan Tanah Suci, lainnya dengan harta berlimpah. Sebagian dari laut, lainnya lewat darat, tak sedikit yang melalui udara.

Menepati secara presisi janji Allah Sang Pemilik Segala Tempat kepada Nabi Ibrahim Alaihissalam ribuan tahun sebelum dunia sebegini ramai. Bahwa manusia dari berbagai penjuru yang jauh akan datang ke lembah tandus tempat ia meninggalkan istri dan putranya, bahkan jika harus menunggangi unta kurus sekalipun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement