Laporan Wartawan Republika.co.id, Fitriyan Zamzami dari Jeddah, Arab Saudi.
IHRAM.CO.ID, JEDDAH -- Jamaah yang harus menjalani perawatan setibanya di bandara-bandara di Arab Saudi diklaim mengalami penurunan pada musim haji tahun ini. Percepatan kedatangan jamaah disebut memindahkan juga konsentrasi penanganan kesehatan ke wilayah-wilayah kerja petugas kesehatan di luar bandara.
“Memang kalau dari sisi kita, percepatan di bandara bisa mengurangi waktu jamaah terpapar panas saat menunggu di bandara,” kata Kepala Seksi Kesehatan Daker Bandara, Eddy Supriyatna, di Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Senin (13/8) sore.
Meski tak memerinci jumlahnya, ia mengatakan jumlah jamaah yang harus dirujuk dari bandara untuk menjalani perawatan sejauh ini lebih sedikit dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tahun ini, di Bandara Jeddah memang tengah diberlakukan percepatan kedatangan. Jamaah yang biasanya harus menunggu sampai enam jam di bandara kini maksimal hanya membutuhkan waktu dua jam dari turun pesawat hingga naik bus menuju Makkah.
Jika seluruh jamaah laki-laki telah berkaian ihram di Tanah Air, prosesnya bisa lebih cepat lagi. Demikian juga bagi jamaah yang melewati jalur cepat keimigrasian. Waktu kedatangan hingga pemberangkatan bisa dilakukan kurang dari satu jam.
Eddy menjelaskan, berkurangnya waktu kelelahan menunggu dan terpapar panas bagi jamaah akan secara signifikan mengurangi juga risiko mereka terkena gangguan kesehatan. Terlebih dengan percepatan kedatangan, mereka bisa langsung menuju bus yang berpendingin ruangan serta disuguhi makanan dan minuman.
Meski begitu, percepatan di bandara tersebut juga punya konsekuensi bagi petugas kesehatan di wilayah lain. Mereka harus mengantisipasi kelelahan di pemondokan sehubungan panjangnya perjalanan tanpa jeda dari Tanah Air. “Itu mengapa tahun ini kita siapkan juga Tim Gerak Cepat (TGC) yang mengantisipasi kelelahan di hotel,” kata Eddy.
Hingga Senin (13/8) sore, tercatat 51 jamaah dirujuk dari klinik kesehatan Indonesia di Bandara King Absulaziz Jeddah sejak awal kedatangan. Dari jumlah itu, 40 dirujuk ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah dan Madinah sedangkan 11 lainnya dirujuk ke rumah sakit Arab Saudi.
Kebanyakan jamaah dirujuk karena penyakit kambuhan dari Tanah Air. Dua jamaah Kloter 92 Embarkasi Jakarta-Bekasi yang tiba pada Selasa (14/8) dinihari, misalnya, mendarat dengan kondisi sudah diinfus.
Sementara di KKHI Makkah, hingga pekan ini sedikitnya telah 825 jamaah dirawat. Dari jumlah itu, sebanyak 140 masih menjalani perawatan di KKHI Makkah, 87 di rumah sakit Arab Saudi, dan 24 wafat. “Yang banyak dirawat di RS Arab Saudi penyakit cardiovascular dan bronkpnemonia,” kata Direktur KKHI Makkah, Nirwan Satria.
Sedangkan di Madinah, hingga Ahad (12/8) sebanyak 16 jamaah dirawat. Seluruhnya dirawat di rumah sakit Arab Saudi. Tiga di antaranya merupakan pembimbing haji khusus dan sisanya jamaah haji khusus. Sebanyak 12 jamaah diupayakan akan dievakuasi ke Makkah menjelang puncak haji.