Rabu 22 Aug 2018 19:17 WIB

Tenda di Mina tak Mampu Menampung Jamaah

Jamaah pun berdesak-deskan sehingga ada sebagian yang tidur di luar beralas karpet.

Jamaah haji Indonesia tidur berdesakan di tenda di Mina
Foto: Republika/Ani Nursalikah
Jamaah haji Indonesia tidur berdesakan di tenda di Mina

Laporan Wartawan Republika.co.id, Erdy Nasrul dari Makkah, Arab Saudi.

IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Ratusan ribu jamaah haji reguler berdesak-desakan di Mina. Tenda di sana tak mampu menampung jumlah jamaah haji, sehingga sebagian dari mereka tidur di luar beralaskan karpet.

 

Hal ini dikeluhkan jamaah haji Indonesia, Ahmadi (50 tahun). Dia mengeluhkan kondisi tenda yang disediakan pihak maktab yang tidak memadai. Hal itu merusak kenyamanan jamaah yang membutuhkan istirahat setelah melaksanakan wukuf di Arafah dan mabit di Muzdalifah.

 

“Tenda sangat padat, berdesak-desakan, sangat tidak nyaman,” katanya di Kompleks tenda Maktab 50 pada Rabu (22/8).

 

Dia datang ke Mina pada dinihari dalam kondisi lelah. Rombongannya perlahan memasuki tenda dengan membawa tas dan perbekalan. Sebagian beristirahat. Lainnya melanjutkan perjalanan ke jamarat untuk melempar (jumrah) aqabah.

 

Selain berdesak-desakan, Ahmadi juga mengeluhkan kondisi kamar mandi yang kotor. “Istri saya yang laporan. Ini mengganggu kenyamanan mereka ketika membersihkan diri. Harusnya ada petugas yang membersihkan kamar mandi sehingga selalu bersih,” imbuh jamaah yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) BTH-23 tersebut.

 

Jamaah lainnya, Rustami dari kelompok terbang BTH-4 menyayangkan fasilitas di Mina yang memprihatinkan. Kompleks tendanya bukan hanya berdesakan, tapi juga bercampur antara jamaah lelaki dan wanita. “Bagaimana ini pengaturannya?” kata pria paruh baya itu.

 

Berdasarkan pantauan, jamaah sudah berdesak-desakan dalam tenda sejak di Arafah. Dalam kondisi yang panas mencapai 45 derajat celsius, mereka menempati bangunan semi permanen yang hanya dilengkapi kipas angin yang menyemprotkan uap air. Fasilitas itu pun tak mampu mengusir panas yang menyengat. Sebagian tenda dibuka untuk sirkulasi udara, tapi itu justru menjadi akses masuk angin panas Gurun Arafah yang membuat jamaah semakin tidak nyaman.

 

Setelah bermalam di Arafah, pada Senin (20/8) yang bertepatan dengan 9 Dzulhijjah malam, jamaah digeser ke Muzdalifah. Di sana mereka duduk dan beraktivitas di alam terbuka. Di sana jamaah terpapar debu. Sebagian besar belum beristirahat dan lelah.

 

Saat hari berganti mulai pukul 00.00 Selasa (21/8) yang bertepatan dengan 10 Dzulhijjah jamaah digerakkan ke Mina. Bus yang mengantarkan mereka terjebak dalam kemacetan panjang. Perjalanan delapan kilometer itu menempuh waktu mencapai satu jam bahkan lebih, karena kemacetan parah.

 

Tenda jamaah haji Indonesia reguler berada di luar terowongan Muaishim yang dikelola 73 maktab. Semuanya tersebar di area Mina dan Mina Baru (Mina Jadid). Tenda Mina dilengkapi dengan pendingin udara, fasilitas yang tidak dirasakan jamaah ketika di Arafah.

 

Area yang terakhir adalah yang paling jauh dan melelahkan. Jamaah di sana harus menempuh jalan kaki lebih dari lima kilometer menuju area Jamarat yang terletak di perbatasan Kota Makkah. Perjalanan pergi-pulang dari tenda maktab menuju jamarat dan sebaliknya menempuh jarak sekitar 10 kilometer tanpa difasilitasi kendaraan bermotor.

 

Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifudin mengakui keterbatasan pelayanan dan fasilitas di Mina. Petugas sudah meminta tambahan fasilitas karpet untuk area luar tenda, sehingga jamaah bisa beristirahat di sana.

 

Sejak dulu pihaknya selalu meminta pihak maktab memperbaiki fasilitas di sana, karena jamaah lebih sering bermalam di sana ketimbang Arafah dan Muzdalifah. “Imbauan dan permintaan ini akan terus kita sampaikan agar pelayanan semakin baik. Kami akan terus mengupayakan itu,” imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement