Laporan Wartawan Republika.co.id, Fitriyan Zamzami dari Madinah, Arab Saudi
IHRAM.CO.ID, MADINAH -- Pekan ini jamaah haji Indonesi yang akan pulang ke Tanah Air pada gelombang kedua akan mulai tiba di Madinah. Terkait hal itu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan katering yang akan mereka terima nantinya sudah disiapkan.
Selama di Madinah, para jamaah haji bakal menerima jatah makan selama 16 kali yang dibagikan tiap siang dan malam. Jumlah itu sehubungan para jamaah akan tinggal selama delapan hari untuk memenuhi Arba'in di Masjid Nabawi dan ziarah ke tempat-tempat bersejarah.
Menag meninjau dua perusahaan penyedia katering itu sepanjang Senin (27/8) sore di Madinah. “Jadi dari dua katering dari dua perusahaan yang kami pantau kondisinya cukup baik, relatif, tidak ada masalah berarti. Di awal-awal memang ada masalah terkait dengan upaya untuk mendistribuasikan makanan di hotel bintang lima, tapi setelah ada pendekatan dan pernyataan tertulis, makanan yang dijamin baladiyah, maka masalah ini dapat diselesaikan,” kata dia di Madinah.
Setelah melihat dapur, menurut Lukman tempat penyimpanan sudah sesuai ketentuan sesuai dengan yang digariskan ahli gizi dan nutrisi. Sementara terkait bahan baku, Menag juga mengatakan sudab tak ada masalah.
Kecap Indonesia yang sempat jadi persoalan sudah bisa didapatkan perusahan katering. “Ahamdulilah sekarang tidak ada masalah itu tadi juga saya lihat di dua perusahaan katering ini di dapur mereka, kecap juga dibagikan ke setiap jamaah. Tidak hanya kecap, juga ada sambal botol, ada kopi, lalu ada coklat, gula dan seterusnya,” kata Amirul Hajj tersebut.
Ia mengakui, memang ada sebagian jamaah yang meminta agar makanan yang disediakan lebih variatif seperti adanya sayuran berkuah. Namun, penyediaan hal itu tak mudah. Menurut Menag, makanan berkuah perlu kemasan khusus agar tidak tumpah saat proses distribusi. "Dalam kondisi yang panas seperti di sini, makanan berkuah lebih cepat basi," terangnya.
Dia juga meminta bagian katering tetap memperhatikan aspek higinitas makanan. Sebab, selain selera makanan, higinitas juga menjadi salah satu prioritas yang harus diutamakan.
Lukman berharap, musim haji berikutnya bukan hanya bumbu masak yang berasal dari Indonesia. Ia mengingatkan, saat ini, beras yang dimasak berasal dari Thailand, Vietnam, dan India. "Ini memang tantangan bagi pengusaha Indonesia, bagaimana bisa menghadirkan beras kita di Saudi," kata dia.