Selasa 11 Sep 2018 16:17 WIB

BPKH: Haji Melemahkan Rupiah, Itu Pernyataan Naif

Sebagain besar pembiayaan haji masih menggunakan rupiah.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Andi Nur Aminah
Foto udara ribuan jamaah haji melaksanakan ibadah wukuf di Padang Arafah
Foto: EPA-EFE / Abir Abdullah
Foto udara ribuan jamaah haji melaksanakan ibadah wukuf di Padang Arafah

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Dewan Pengawas Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Muhammad Akhyar Adnan menilai naif pernyataan Mantan Deputi Senior Bank Indonesia (BI) Anwar Nasution. Anwar menilai pemberangkatan jamaah haji merupakan salah satu penyebab melemahnya nilai tukar rupiah karena menguras devisa negara.

Akhyar mengatakan, pembiayaan penyelenggaraan haji senilai Rp 14,1 triliun masih terlalu kecil dan tak signifikan berpengaruh terhadap pelemahan rupiah. "Jumlah pembiayaan penyelenggaraan ibadah haji itu tidak signifikan dengan pelemahan rupiah jika dibandingkan utang negara apalagi ini merupakan ibadah,"jelas dia kepada Republika.co.id, Selasa (11/9).

Akhyar mengatakan, seharusnya perbandingan tersebut tidak dilakukan dengan hal yang sifatnya ibadah. Apalagi sebagain besar pembiayaan menggunakan rupiah. Berbeda dengan masyarakat Indonesia yang banyak melancong ke luar negeri seperti, Amerika, Eropa, Singapura. Mereka justru banyak menggunakan dolar untuk pergi dan berbelanja.

"Tak usah jauh-jauh, di Singapura, misalnya, banyak warga Indonesia yang melancong ke negara tersebut untuk berbelanja, justru ini yang semestinya ditanggapi. Berbeda dengan ibadah haji yang jamaahnya harus memenuhi persyaratan ketat, warga Indonesia yang melancong ke luar negeri bebas pergi, baik perorangan maupun satu keluarga dan berkali-kali," jelas dia.

Baca: Pengiriman Haji Penyebab Rupiah Melemah? Ini kata Kemenag

Sedangkan mereka yang berangkat haji harus menunggu 10 hingga 20 tahun dan tidak boleh berangkat berkali-kali. Selain itu jamaah haji yang berbelanja hanya dibekali 1.500 riyal saja. Itu tidak terlalu besar pengaruhnya dengan devisa negara.

Dia mengatakan, seharusnya sebagai ekonom senior, Anwar Nasution dapat lebih jeli melihat masalah ini. Lagipula pembiayaan operasional haji yang dilakukan tidak dibayarkan sekaligus tetapi bertahap dari tiga bulan lalu dan berakhir di akhir September ini.

Saat ini BPKH memang sedang mengurus prosedur untuk kepemilikan hotel di Saudi. Sehingga Indonesia dapat menghemat Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH).

Memang saat ini restoran di Saudi masih sangat sedikit. Ini yang seharusnya dilakukan pemerintah dan pengusaha Indonesia untuk merebut pasar Indonesia di Saudi. Melihat jamaah haji dan umrah Indonesia saat ini paling besar di antara negara lain.

Meski demikian, pelayanan jamaah haji tahun ini dari katering banyak yang menggunakan bahan impor dari Indonesia. Hanya beras saja yang masih import dari Vietnam dan Thailand, selebihnya baik bumbu dan bahan makanan lain berasal dari Indonesia.

Demikian juga, saat Akhyar mengevaluasi dapur besar di Madinah. Seluruh koki yang memasak disana merupakan pemuda Indonesia meski pemiliknya orang Saudi. Ke depannya Akhyar berharap, bahan makanan termasuk beras bisa seluruhnya import dari Indonesia. Termasuk memperbanyak restoran Indonesia dengan berbagai menu khas nusantara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement