Senin 25 Feb 2019 16:41 WIB

Kesan Umrah Pertama Mahasiswa Harvard: Itu adalah Kejutan

Hampir semua mahasiswa yang beribadah umrah mendapat dana donasi.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nashih Nashrullah
Seorang jamaah berdoa di dekat Kabah saat melaksanakan tawaf wada di Masjid Haram, Makkah, Kamis (23/8) waktu setempat. Selanjutnya mereka berangsur-angsur akan kembali ke tanah air masing
Foto: Zohra Bensemra/Eeuters
Seorang jamaah berdoa di dekat Kabah saat melaksanakan tawaf wada di Masjid Haram, Makkah, Kamis (23/8) waktu setempat. Selanjutnya mereka berangsur-angsur akan kembali ke tanah air masing

IHRAM.CO.ID, CAMBRIDGE — Sejumlah mahasiswa Muslim dari Universtas Harvard mengisahkan pengalaman pertama beribadah umrah untuk mengisi libur musim dingin. Dalam sebuah acara refleksi pada akhir pekan lalu, mahasiswa Muslim mengenang perjalanan spiritual pertama ke Tanah Suci. 

Seperti dilansir dari Harvard Crimson pada Senin (25/2), perjalanan ibadah yang dilakukan pada Januari lalu, bukan hanya yang pertama, melainkan juga pengalaman perdana ke luar Amerika Serikat. Hampir semua mahasiswa yang beribadah umrah mendapat dana dari organisasi masyarakat dan donor alumni anonim.

Baca Juga

Pendakwah pertama di Universitas Harvard, Khalil Abdur-Rashid adalah penggagas acara yang dibalut dalam kegiatan makan malam bersama. Bersama istrinya, Ustazah Samia Omar, Abdur-Rashid memimpin kelompok yang terdiri dari 30 mahasiswa.

Masing-masing membagikan pengalaman perjalanan selama delapan di Makkah dan Madinah. Abdur-Rashid menyebut pertemuan itu sebagai malam berbagi, mengeksplorasi, dan mengenang perjalanan. 

Abdur-Rashid dan istrinya berencana menjadikan Harvard Umrah sebagai perjalanan tahunan di perguruan tinggi itu. Dengan demikian, semakin banyak siswa Muslim bisa merasakan beribadah umrah.

“Perjalanan ini harus menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap siswa yang ingin pergi pengalaman,” kata Abdur-Rashid.

Beberapa siswa menyampaikan rasa terima kasihnya atas kesempatan memunaikan ibadah umrah. Sebab, mereka mengaku bisa merasakan pertumbuhan spiritual dan transformasi saat berada di luar negeri.

“Ini adalah pengalaman yang mendalam. Saya tidak berpikir itu sesuatu yang bisa anda dapatkan di Harvard atau kampus universitas mana pun di dunia,” ujar Jenna Albezreh (22),

Banyak siswa beranggapan berubah menjadi minoritas dalam kelompok mayoritas, justru menjadikan iman sebagai perspektif. “Itu adalah kejutan budaya. Begitu banyak orang yang membuat saya merasa seperti berada di tempat tepat. Saya di rumah (Allah SWT),” ujar Injil Muhammad (21).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement