Selasa 16 Jul 2019 16:00 WIB

Begini Resep Tetap Bugar Chalhaj Tertua di Semarang

Setiap harinya calhaj tertua ini menggarap sawah.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi petani
Ilustrasi petani

IHRAM.CO.ID, UNGARAN — Calon jamaah haji tertua asal Kabupaten Semarang, Suta Pawira (95) punya kiat tersendiri untuk menjaga kebugaran fisiknya. Resep pria lanjut usia (lansia) warga Dusun Gatak, Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang ini bukan rajin berolahraga.

Namun petani ini cukup melakukan rutinitas hariannya menggarap sawah, baik untuk mencangkul maupun mencari rumput untuk ternaknya, di sekitar sawah yang digarapnya tersebut.

“Mboten olahraga, kados biasane mawon namung macul kalian ngarit (bukan berolahraga, seperti biasa cuma melakukan rutinitas mencangkul dan mencari rumput; red),” ungkapnya, di sela pelepasan calon jamaah haji asal Kabupaten Semarang, di pendopo Rumah Dinas Bupati Semarang, Selasa (16/7).

Walaupun fisiknya sudah tidak sekuat dahulu, namun Pawira mengaku masih mampu untuk mencangkul di sawah dan pulang membawa rumput untuk pakan ternak sapi yang ada di rumahnya.

 

Aktivitas ini masih terus dilakukannya, sambil menunggu masa keberangkatan jamaah calon haji asal Kecamatan Tengaran, akhir bulan Juli nanti. “Niku mpun sami kalian olahraga (itu sudah seperti olahraga; red),” tambahnya.

Ia juga mengaku, sebelum beralih menjadi patani ia pernah 32 tahun berdagang di pasar Ampel, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Kebetulan lingkungan tempat tinggalnya berbatasan dengan wilayah Kabupaten Boyolali.

Pada saat masih berjualan itulah, ia memiliki cita- cita untuk menabung dan berhaji. Ia lalu mendaftar ibadah haji regular pada tahun 2005 silam. “Namun pada tahun 2010, saya berhenti berjualan untuk menggarap sawah sendiri,” tegasnya.

Siti Biatun (72), putri sulung Suta Pawira mengatakan fisik ayahnya tersebut memang sudah berbeda, karena sudah lanjut usia. Namun untuk urusan pekerjaan di sawah hingga saat ini masih tetap dilakukan.

Hanya saja, jelasnya, untuk pekerjaan di sawah ini tidak dilakukan ayahnya secara penuh. Kalau umumnya petani di desanya (yang belum lansia) berangkat ke sawah pagi hari dan baru pulang menjelang senja, ayahnya cukup tengah hari.

Biasanya kalau menjelang azan zuhur akan bergegas pulang dan setelah membersihkan badan langsung ke masjid untuk shalat berjamaah. Ini menjadi rutinitas dan keseharian dari Suta Pawira.

Karena memang kemauan ayahnya demikian. “Pokoknya tiap hari tetap melakukan pekerjaan di sawah. Alhamdulillah sampai hari ini fisiknya masih tetap terjaga hingga menjelang keberangkatan hajinya,” jelas Biatun.

Ia juga mengakui, pada musim haji kali ini ia akan berangkat ke tanah suci untuk mendampingi ayahnya tersebut. Jika sesuai dengan masa tunggu jamaah calom haji yang mendaftar tahun 2010, ayahnya –sebenarnya—belum berangkat.

Namun berkat adanya penambahan kuota haji dan kebijakan bagi jamaah calom haji lansia, ayahnya bisa berangkat pada musim haji tahun ini.

Selain itu, masih jelas Biatun, karena calon jamaah haji yang berusia di atas 75 tahun bisa mengajukan percepatan dan menyertakan pendamping, maka ia juga ikut berangkat pada musim haji tahun ini.

“Saya nanti yang akan mendampingi bapak selama ibadah haji di tanah suci. Doakan kami bisa  menunaikan ibadah haji dengan lancar dan kembali ke tanah air dengan selamat,” tambah Biatun yang juga warga Desa Sugihan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement