Oleh Syahruddin El-Fikri, Dari Makkah, Arab Saudi
Apa jadinya bila nama terminal akan menjadi nama untuk anak Anda? Mungkin terasa aneh, dan membuat yang mendengarnya geleng-geleng kepala. Tapi itu tidak berlaku bagi Sugandi, kepala pos Terminal Syib Amir, Makkah. Ia justru memberi nama anak laki-lakinya dengan nama terminal. Ya, namanya Muhammad Syib Amir, itu nama yang diberikan Sugandi kepada anaknya.
Sebenarnya soal nama ini, tidak aneh, karena banyak orang yang fanatik dan ngefans idolanya, maka kemudian nama itu disematkan pada anaknya. Tentunya biar mengikuti jejak sang idola. Atau sebagai kenangan sepanjang masa.
Poin terakhir itulah yang ingin disematkan Sugandi pada anaknya yang lahir pada 2018 lalu. Sugandi mengaku, tahun 2019 ini merupakan tahun keduanya sebagai petugas haji. Tahun 2018 masa pertamanya, dan sekarang adalah tahun kedua.
Sehari-hari ia berdinas di Mabes TNI Angkatan Darat (AD). Badannya besar dan sangat kekar. Wajar, dia tentara. Namun dibalik ‘sangar’ badannya, hatinya lembut. Ia mudah diajak berkomunikasi, murah senyum. Apalagi saat berbincang dengan penulis, ia bahkan banyak senyum. Apalagi saat bercerita soal anaknya.
“Sewaktu bertugas sebagai petugas haji tahun 2018, istri saya sedang hamil. Beberapa bulan ketika kembali ke Tanah Air, istri saya melahirkan. Dan saya memberinya nama Muhammad Syib Amir,” ujarnya saat berbincang dengan Republika, Rabu (31/7) malam di Pos Terminal Syib Amir, Makkah.
“Saya bangga memberikan nama itu untuk anak saya,” lanjutnya. “Nama itu akan selalu mengingatkan saya saat bertugas di Tanah Suci,” kata dia.
Awalnya, kata Sugandi, saat perawat menanyakan nama yang akan diberikan untuk anaknya, ia langsung menyebutkan nama Muhammad Syib Amir. “Wah, namanya Arab banget,” kata perawat itu sebagaimana ditirukan Sugandi.
“Tahu nggak, sus. Nama itu adalah nama terminal,” kata dia kepada perawat itu.
“Lho, masak nama terminal jadi nama anak,” tanya suster perawat itu. Demikian pula saat ia mengurus surat akte kelahiran ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil), Bekasi.
“Iya, itu asli nama terminal. Tapi terminal di Makkah. Terminal yang sangat terkenal karena melayani jamaah haji yang mau menunaikan shalat di Masjidil Haram atau yang mau balik ke pemondokan,” ungkapnya.
Sebenarnya ada tiga terminal untuk jamaah haji di dekat Masjidil Haram, yakni Terminal Syib Amir (Shaeb Amir), Terminal Jiad, dan Terminal Bab Ali. Namun, untuk Terminal Syib Amir, melayani lebih banyak jamaah haji Indonesia. Pada tahun 2019, terminal ini melayani enam rute. Di antaranya Syisyah-Rwadah-Syib Amir, Syisyah 1-Syib Amir, Syisyah 2-Syib Amir, dan lainnya. Nomor bus layanan dari 5-10.
Nama itu (Muhammad Syib Amir), lanjut Sugandi, terasa lebih cocok dibandingkan bila ia memberi nama yang lain. Misalnya nama terminal di Jakarta, Pulo Gadung, atau Lebak Bulus. “Khan, kurang pas. Lebih enak, Muhammad Syib Amir,” tegasnya.
Saat istrinya hamil, Sugandi selalu menitipkan doa melalui jamaah. Sebab, ia tak bisa maksimal ke Masjidil Haram untuk shalat di sana. Ia lebih banyak berada di Terminal Syib Amir.
“Sebagai kepala pos Terminal Syib Amir, saya harus memastikan seluruh angkutan transportasi untuk melayani jamaah berjalan maksimal,” ungkapnya memberi alasan.
Anaknya ada empat orang. Yang pertama hingga ketiga semuanya perempuan, yakni Audrey Salsabila, Amira Sugandi, dan Aulia Sugandi. “Yang keempat, laki-laki namanya Muhammad Syib Amir,” ujar pria kelahiran Karawang, 14 April 1974 ini.
Suami Nurhayati ini menambahkan, ia memiliki banyak kesan saat bertugas di Terminal Syib Amir, Makkah. “Saya dan teman-teman yang bertugas di sini, akan berusaha melayani jamaah haji dengan baik. Angkutan mereka harus lancar,” ungkapnya.
Apa tidak kepengin shalat di Masjidil Haram? “Tentu saja punya keinginan, tetapi karena ini tugas, maka hanya sesekali saja ke Masjidil Haram,” ujarnya.
Dan ia pun mengaku akan memberikan layanan terbaik untuk jamaah. “Sebagai petugas haji, saya harus memastikan operasional layanan berjalan bagus,” terangnya.
“Kalau tamu-tamunya saja, diterima sama Allah, apalagi pelayannya. Maka saya berpesan kepada teman-teman, ayo kita layani dengan baik para dhuyufurrahman, tamu-tamunya Allah. Kita ini pelayan mereka. Kalau jamaah terlayani dan ibadahnya mabrur, insya Allah, kita juga mabrur,” kata Sugandi.
Sugandi juga berpesan untuk jamaah yang akan ke masjid, supaya tidak membawa sesuatu yang mencolok. “Jangan bawa uang banyak. Bawa uang secukupnya saja. Nggak usah bawa perhiasan. Di sini juga banyak tindak kriminal,” tegasnya.
Pesannya kepada jamaah, agar selalu membawa kartu bus. “Supaya mudah mereka mau naik bus nomor berapa?” jelasnya. Sebab, ungkap Sugandi, banyak petugas menemukan jamaah yang terlupa membawa kartu bus.
Disamping itu, ia juga mengingatkan, agar jamaah waspada dengan barang bawaannya. “Kami banyak menemukan barang milik jamaah, tidak ada namanya, sehingga sulit melacaknya,” kata dia.