JAKARTA -- Para jamaah haji Indonesia yang kini tengah beranjak untuk melakukan wukuf di Arafah merasa sangat terharu ketika sampai di tempat itu. Mereka menyatakan ini adalah pengalaman spiritual paling berharga semasa hidupnya.
''Alhamdullillah bisa merasakan wukuf di Arafah. Tendanya bagus. AC-pun bagus. Udara sore ini tak terlalu panas juga, sekiar 40 derajat Celcius. Pohon di Arafah ternyata sudah tingi-tinggi. Ini terkesan beda ketika dahulu melihatnya sekilas saat melakukan umrah,'' kata Siti Rohmah, Jamaah haji asal Kebumen melalui pembicaraan telepon dari Padang Arafah, Jumat petang ini (9/10).
Rohmah yang juga wakil kepala sekolah SMA Ma'arif 7 Kebumen merasa sangat terkesan dengan perjalanan haji ini. Apalagi dia berhaji bersama suami, Hamid Rifai serta sanak saudara sekampungnya yang jumlahnya sampai sepuluh orang. Saking banyaknya orang satu kampung pergi haji bersama, para tetangganya melihat seperti orang 'bedol desa'.
Dan ini semakin seru saat para tetangganya mengantar mereka pergi haji di pekan ketiga bulan Juli silam. Meski mereka berangkat dari rumah tengah malam buta, kala itu para kerabat dan tetangga sekampungnya mengantarjannya dengan antusias. Melalui upacara khusus pelepasan rombongan jamaah haji 2019 di Pendopo Kabupaten Kebumen, pada malam itu juga ribuan orang menyesaki prosesi tersebut.
''Benar 'kan' acara pelepasan rombongan haji di Kebumen persis pasar malam. Ribuan orang datang dan ribuan kendaraan menyesaki sampai macet total. Ini pun sudah dibagi dalam tiga tahapan, bayangkan kalau semua jamaah haji diberangkatkan dalam satu waktu yang sama. Kota Kebumen di tengah malam hari yang selalu sepi mendadak bisa menjadi macet total karena disesaki kendaraan dan orang,'' kata Hadi Prayitno, Warga Kedung Winangun, Klirong, Kebumen.
Mengenai pelayanan petugas haji selama jamaah berada di tanah suci, Rohmah kembali mengatakan sudah cukup bagus. Setidaknya cerita seram tentang buruknya layanan petugas sudah tidak ditemuinya. Ke manapun jamaah pergi pasti sudah ada petugas yang mengawasi dan membimbingnya.
"'Pelayanan haji ini ternyata begini ya. CUkup bagus. Tidak seperti zaman kakek, ayah dan ibunya berhaji kala itu. Haji sekarang ini menyenangkan cuma memang daftar tunggunya sudah sangat panjang, bertahun-tahun,'' katanya lagi.
Saudara sekampung Rohmah lainnya, Rosyidin juga terkesan bangga dan bahahia bisa menunaikan ibadah haji tahun ini. Dia yang berprofesi sebagai pendidik dan kini merangkap sebagai salah satu ketua regu jamaah haji asal Kebumen itu dalam perbincangan melalui telepon juga terlihat sumringah. Sekilas dari perbincangan melalui 'viceo call' wajahnya terlihat cerah serta bersemangat membantu para romobongannya bersiap menuju bus haji yang akan membawanya ke Arafah dari Makkah.
''Saya baik-baik saja Mas. Alhamdulillah. Doain ya,'' kata Rosyidun melalui omongan singkat di Video Call. Wajah dia terlihat cerah ketika melihat bus Sapto warna merah yang akan membawanya rombongan jamaah haji ke Arafah sudah datang. Saat itu juga terlihat antrian jamaah yang secara tertib bergantian masuk ke dalam bus.
Siti Rohmah bersama para handai taulan sekampunya asal Kebumen tengah bersiap menunaikan ibadah wukuf di Arafah.
Seperti diketahui dalam rangkaian pelaksanaan ibadah haji, wukuf adalah salah satu rukun syarat syahnya berhaji. Arti dari hal ini adalah bila ada orang yang pergi haji ke tanah suci tanpa melakukan wukuf maka artinya dia belum berhaji.
Ketentuan ini juga termasuk jamaah haji harus sudah berada di Arafah saat waktu wukuf tiba yakni bertepatan pada waktu tengah hari sampai matahari terbenam pada tanggal 10 Dzulhidjah. Alhasil, bila terlambat tiba di tempat itu maka dia tak bisa disebut menunaikan ibadah haji. Akibatnya juga wukuf tidak bisa diwakilkan atau di badalkan.
''Karena melakukan wukuf adalah sangat penting bagi ibadah haji, maka sejak tiga hari lalu kami sudah diberi imbauan agar menyiapkan diri dengan baik. Selama itu pula kami diimbau oleh para petugas haji menghentikan sementara kegiatan umrah dan beribadah melakukan shalat berjamaah ke Masjidil Haram. Kami diminta agar tetap tinggal di hotel saja untuk menghemat tenaga,'' kata Rohmah lagi.
Sementara itu, bagi nenek Muti'ah, seorang hajjah yang kini tinggal di Gandrung Mangu, Cilacap, ketika mendengar cerita soal jamaah haji kini sudah bergerak untuk melakukan wukuf di Arafah, dia juga ikut meresa terharu. Entah mengapa dia kini sontak terkenang saat tiga tahun silam berada juga di tempat itu untuk melakukan wukuf.
''Wuih, pokoknya enak sekali. Tak ada pemandangan dan pengalaman hidup seperti itu. Luar biasa. Allahu Akbar!,'' kata Mutiah yang kemudian malah bertakbir. Matanya pun berkaca-kaca mengenangkan peristiwa wukuf di Arafah yang pernah dialaminya.
''Saya pengin ke sana lagi,'' katanya lirih.