IHRAM.CO.ID, JAKARTA--Sebanyak 300 kelompok terbang (kloter) secara bertahap mulai bergerak dari Kota Makkah ke Kota Madinah. Selanjutnya jamaah akan diterbangkan ke daerah-daerah lain di Indonesia.
Anggota Tim Promotif Preventif Aji Muharman mengatakan, pergerakan jamaah dari Makkah ke Madinah itu dimulai sejak Rabu (21/8) hingga 6 September 2019. Perjalanan menuju Madinah dengan bus akan ditempuh dalam waktu 5-6 jam.
Untuk menghindari rasa pegal atau kesemutan, jamaah dianjurkan untuk melakukan peregangan dalam bus setiap dua jam sekali. Caranya dengan menggerakkan jamari, kepala dan kaki ke kiri dan kanan dalam delapan hitungan.
"Gerakan peregangan bisa dilakukan sambil duduk," kata Aji melalui keterangan tertulisnya kepada Republika, Kamis (22/8).
Peregangan itu kata dia, bisa dilakukan di pesawat saat perjalanan menuju Tanah Air. Dengan peregangan ini, aliran darah akan lebih lancar dan tubuh akan terasa lebih segar.
Setibanya di Madinah jamaah haji agar menghapalkan nama atau nomor hotelnya. Ketahui nomor pintu masuk Masjid Nabawi, keluar juga dari pintu yang sama. Apabila lupa atau butuh bantuan lainnya, dapat mencari petugas di sektor khusus di Masjid Nabawi yang letaknya di pintu 21.
Para jamaah juga dihsahakan untuk selalu pergi bersama-sama regu atau rombongannya. Khusus bagi jamaah lanjut usia (lansia) jangan sampai ditinggalkan sendirian selama di Nabawi Madinah.
"Jika tidak mampu beribadah di Nabawi jangan paksakan diri. Yang tahu kondisi kesehatannya adalah ibu dan bapak sendiri," katanya.
Aji menuturkan, di Madinah, jamaah haji akan bertemu dengan jutaan jamaah dari negara lain. Perkumpulan orang ini berisiko saling menularkan penyakit, khususnya penyakit yang menjadi perhatian dunia yakni MERS-CoV.
"Penyakit saluran pernapasan ini hanya ditemukan di kawasan timur tengah," katanya.
Akan tetapi penyakit tersebut juga bisa berisiko terbawa ke Indonesia melalui jamaah haji yang tertular di Arab Saudi. Salah satu cara pencegahannya dengan disiplin menggunakan masker.
"Jangan lupa pula untuk rajin mencuci tangan pakai sabun," katanya.
Aji menuturkan, untuk mencegah resiko penyakit, jamaah saat tiba di bandara debarkasi, akan diperiksa thermal scanner (pemindai suhu tubuh). Jika didapati suhu tubuh seseorang di atas 38 derajat celsius, ia akan diperiksa dan diobservasi oleh petugas terlebih dulu sebelum keluar bandara.
Jamaah dengan kondisi tersebut dicurigai terkena penyakit menular dari Arab Saudi. Berdasarkan pengalaman, suhu tubuh tinggi tidak selalu karena mengidap penyakit tetapi bisa juga akibat kekurangan cairan atau mengalami dehidrasi.
"Sering minum selama dalam pesawat agar suhu tubuh tidak meningkat," katanya.
Di bandara, jamaah akan menerima Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jemaah Haji (K3JH). K3JH merupakan kartu yang diisi oleh jamaah haji untuk mencatat gejala-gejala penyakit yang mungkin timbul selama 21 hari setelah pulang menunaikan ibadah haji.
Gejala itu di antaranya sakit demam, batuk, sesak napas, diare, perdarahan dan kaku kuduk. Saat menerimanya, jamaah tidak perlu bingung, langsung masukan K3JH ke tas paspor dan jangan sampai hilang. Kartu tersebut berguna untuk memantau status kesehatan jamaah haji selama 21 hari.
"Pasca kedatangan dari tanah haram oleh tenaga kesehatan di puskesmas terdekat," katanya.
Aji mengatakan, jika dalam 21 hari jamaah haji mengalami gangguan kesehatan untuk segera berobat ke puskesmas terdekat dengan membawa K3JH. Kalaupun tetap sehat, kembalikan K3JH ke puskesmas setelah hari ke-21.