Selasa 10 Sep 2019 07:30 WIB

Kemenkes Ungkap Pemicu Tingginya Angka Kematian Haji 2019

Tingginya angka kematian haji dipicu tingginya jamaah risti.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Sejumlah jamaah haji Indonesia yang sudah selesai menjalani perawatan inap di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah bersiap untuk kembali  pulang ke pemondokannya, Sabtu (27/7). Hampir setiap hari, KKHI Makkah memulangkan 15-20 orang jamaah yang sudah selesai dirawat ke pemondokannya. Hingga dua pekan jamaah haji yang masuk ke Makkah, KKHI sudah menerima 400-an lebih jamaah yang menjalani perawatan.
Foto: Muhammad Hafil/Republika
Sejumlah jamaah haji Indonesia yang sudah selesai menjalani perawatan inap di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah bersiap untuk kembali pulang ke pemondokannya, Sabtu (27/7). Hampir setiap hari, KKHI Makkah memulangkan 15-20 orang jamaah yang sudah selesai dirawat ke pemondokannya. Hingga dua pekan jamaah haji yang masuk ke Makkah, KKHI sudah menerima 400-an lebih jamaah yang menjalani perawatan.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA—Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Pusat Kesehatan Haji melakukan analisis ihwal tingginya angka kematian jamaah haji tahun ini. Analisis ini dilakukan sebagai evaluasi penyelenggaraan kesehatan haji tahun ini dan untuk perbaikan tahun depan.

Kepala Subag Program dan Informasi yang juga penanggungjawab Siskohatkes Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Melzan Dharmayuli, dari analisis tersebut terungkap bahwa jamaah haji wafat sampai hari ke-66 berjumlah 436 orang.

Baca Juga

Angka ini kata dia, sedikit lebih tinggi jika dibandingkan angka kematian jamaah haji pada hari yang sama pada 2018. Karena dipicu adanya faktor kelelahan, infeksi, alergi, dan kambuhnya penyakit (exacerbation) yang diderita jamaah haji.

“Sebanyak 81 persen jamaah haji wafat memiliki status kesehatan dengan risiko tinggi (risti),” kata Melzan Dharmayuli saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (10/9).     

Dia menyampaikan, bahwa penyebab kematian terbanyak karena penyakit jantung, stroke, dan saluran pernafasan. Dia merincikan, sebanyak 210 jamaah haji wafat atau 48 persen disebabkan karena penyakit jantung dan stroke. Sedangkan 112 orang atau 26 persen meninggal karena penyakit saluran nafas. 

Melzan menyebutkan, usia terbanyak jamaah haji wafat adalah di atas 60 tahun sebanyak 352 orang atau 81 persen dari 436 jamaah haji yang wafat. Yang menjadi perhatian dalam hal ini adalah jamaah yang meninggal di atas usia 70 tahun berjumlah 196 orang atau 45 persen.

“Jumlah atau angka ini mendominasi dari seluruh jamaah haji yang wafat. Kemungkinan ada hubungannya dengan penambahan kuota sebanyak 10 ribu orang yang memprioritaskan usia di atas 70 tahun menurut analisis tim,” katanya.

Data juga menunjukan, sebanyak 265 jamaah wafat atau 61 persen dari total jamaah haji yang wafat berasal dari jamaah haji yang dikoordinasikan oleh kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH). Dari jumlah tersebut penting menjadi perhatian KBIH untuk berperan aktif memberikan penyuluhan kesehatan haji.

“Hal ini penting untuk menjadi perhatian agar KBIH dapat berperan aktif dalam memberikan penyuluhan kesehatan atau dakwah kesehatan haji kepada jamaahnya,” katanya.

Melzan kembali mengatakan, sebanyak 334 jamaah wafat di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) atau 77 persen dari jumlah total jamaah wafat. Jamaah haji yang wafat di RSAS adalah jamaah haji yang dirujuk tim kesehatan dalam kondisi penyakit yang perlu penangan khusus.  

Sementara itu, kata dia, sebanyak 84 jamaah wafat di pondokan dan angka ini, lebih tinggi jika dibandingkan tahun sebelumnya. Dari 84 jamaah haji wafat dipondokan sebanyak 53 orang di antaranya wafat secara mendadak di pondokan, yang disebabkan  penyakit jantung dan stroke.

“Sisanya meninggal karena penyakit saluran nafas, endokrin metabolik dan infeksi,” jelasnya.

Menurut dia, kematian jamaah haji meningkat pada pasca-Armina. Sesuai data yang diperoleh, jumlah kematian pasca- Armina dua kali lipat dari jumlah kematian pra-Armina. Meningkatnya jumlah kematian pasca-Armina, ada hubungannya dengan kegiatan puncak ibadah haji yang menghabiskan tenaga dan terpapar dengan cuaca yang cukup ekstrem.

“Setelah Armina, umumnya jamaah haji tetap melakukan aktifitas yang menguras tenaga tanpa memperhatikan istirahat,” katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement