REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Serikat Penyelenggara Umroh dan Haji Indonesia (Sapuhi) menggelar seminar manajemen risiko bisnis travel. Seminar dengan tema "Strategi Manajemen Resiko Bisnis Travel Umroh dan Haji" sebagai respon Sapuhi pasca kebijakan Arab Saudi atas pencegahan virus corona.
Ketua Umum Sapuhi Syam Resfiadi mengatakan, seminar ini diikuti oleh 80 peserta yang merupakan anggota Sapuhi. Seminar yang digelar pada Rabu (4/3) ini untuk memberikan pengetahuan bagaimana mengelol bisnis travel umroh dan haji pasca kebijakan Arab Saudi atas pencegahan virus corona.
"Untuk memberikan pemahaman yang baik bagaimana memanajemen resiko bisnis travel umroh dan haji pasca kebijakan Arab Saudi atas pencegahan virus corona, maka dari itu kami menghadirkan pemateri yang kompeten di bidangnya," kata Syam saat berbincang dengan Republika, Kamis (5/3).
Di antara pemateri yang mengisi seminar "Strategi Manajemen Resiko Bisnis Travel Umroh dan Haji" di antaranya founder pusat studi psikologi bawah sadar Nunki Nilasari, Ahli Financial Literacy Arsnato dan Direktur PT Edipeni, Christ Maharani yang membahas tentang Haji Plus dan Furoda.
Syam menyampaikan, dalam seminarnya Nunki Nilasari membahas tentang Psikologi, serta V-Coach Business IIBF, investor Pro, Syam mengatakan, menurut Nunik, dalam menghadapi banyak persoalan bisnis umroh dan haji, pengelola travel umroh diharuskan bisa memahami kepribadian dirinya, dan juga kepribadian customernya sehingga bisa maksimal dalam pelayanan.
"Menurutnya, owner travel harus mengembangkan intuisi dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT, sehingga memaknai apapun yang datang kepada kita, itu bagian ujian dan hal baik untuk kemajuan travelnya," katanya.
Selain itu, owner travel juga harus memiliki positif thinking yang kuat, dan menurunkannya untuk tim manajemen bisnis travel. Lebih lanjut kata Syam narasumber Nunki menjelaskan bahwa, pengelola travel harus menerapkan manajemen handling complain customer yang benar dan profesional.
"Dengan melayani jamaah umroh dengan baik dan benar,” lanjutnya.
Atas terjadinya pemberhentian sementara kunjungan ke Saudia sejak 27 Februari 2020, menurut Syam travel wajib proaktif memberikan informasi dan perkembangan atas kebijakan terbaru kepada jamaah umroh yang belum berangkat.
Hal tersebut kata Syam seperti disampaikan Nunki, bisa menggunakan Teori Zero Psy di mana melihat masalah dan penyelesaiannya sebagai sebuah respon spiritual antara hamba dan Allah SWT dengan hati sebagai connected linknya.
"Cukup banyak Science evidence. Dalam zero Psy, peran otak sebagai kendali logika dalam penyelesaian masalah itu nomer dua," katanya.
Konsep Zero Psy sebagai problem solving belum banyak dikembangkan di Indonesia. Dengan melihat umroh ini tidak semata bisnis pelayanan bagi umat tapi bagian dari ibadah pula. Ketika bisnis umroh secara keseluruhan mengalami kendala.
"Mungkin ini waktunya kita melihat pemecahan masalah dari sisi sains psikologi spiritual. Pendekatan yang lebih komprehensif dan menenangkan dibandingkan logika yang mengandalkan wilayah otak," katanya.
Sementara dalam kesempatan yang sama kata Syam pemateri lain yakni Arsnato yang memaparkan tentang Financial literacy menjelaskan bahwa, Manajemen resiko Keuangan harus difahami oleh seluruh travel Umroh dan haji. Menurut dia, atas terjadinya tragedi 27 Februari hingga hari ini, akan dan sudah terjadi penurunan penjualan umroh.
"Karena belum ada nya kepastian, Travel harus bisa mengatasi dan mencari solusi untuk tetap menjadikan keuangan perusahaan tetap sehat," jelasnya.
Dikatakannya bahwa, Travel harus memahami secara utuh keputusan-keputusan bisnis yang harus dieksekusi atas terjadinya pemberhentian sementara kunjungan jamaah sejak 27 februari 2020 lalu. Travel disarankan proaktif untuk sosialisasikan program reschedule jadwal keberangkatan umroh untuk jadwal yang lebih baik dan aman.
"Serta bisa mempersiapkan keberangkatannya dengan lebih baik,” imbuhnya.
Untuk itu dirinya menghimbau agar, Asosiasi membantu anggotanya untuk memastikan stakeholder atau pihak ketiga dalam kemudahan proses reschedule jadwal keberangkatan dengan tanpa biaya tambahan dan kemudahan prosesnya yang lebih aman.
Asosiasi juga melakukan controling, advokasi dan komunikasi intensif kepada para stakeholder untuk support kebijakan yang memudahkan anggota dalam menyelesaikan kendala case by case yang muncul akibat tragedi 27 Februari ini.
"Asosiasi dan anggota harus memberikan informasi dengan cepat dan tepat atas perkembangan yang terjadi kepada jamaah umroh. Asosiasi membantu mencarikan jalan keluar terbaik jika diperlukan kerjasama dengan pihak Perbankan Syariah," katanya.
Syam Resfiadi berharap, Anggota sapuhi bisa terus belajar untuk mulai memahami peluang kolaborasi bisnis Haji Khusus dan Haji Furoda. Dinamika regulasi maupun kebijakan haji harus difahami secara utuh dan up to date karena selalu berubah dan lebih baik.
Selain itu Syam juga menghimbau agar Anggota Sapuhi mempelajari bagaimana cara Patuna dan Edipeni sukses meningkatkan penjualan haji plus maupun furoda kepada ribuan jamaah.
"Keberhasilan menjual prodak dapat membangun sistem manajemen perusahaan yang kuat untuk handling program haji plus dan haji furoda," katanya.