REPUBLIKA.CO.ID, Ka'bah sepanjang sejarah keberadaannya selalu dihormati dan diagungkan oleh penduduk sekitarnya, termasuk masyarakat jahiliyah sebelum Islam datang. Pada masa itu, masyarakat jahiliyah sangat menghormati Ka'bah, ini terbukti dengan dua hal.
Pertama, mereka tidak mau membuat bangunan mirip Ka'bah dengan persegi empat. Kalau membangun rumah berbentuk setengah lingkaran (persis rumah dom korban gempa di Jogja).
Kedua, mereka tidak mau membuat rumah lebih tinggi dari Ka'bah. Ini dilakukan karena sangat menghormati Ka'bah. Ini sangat jauh berbeda kalau kita perhatikan pada masa kini, Masjid Al Haram yang di dalamnya terdapat bangunan Ka'bah sudah tenggelam di antara gedung-gedung pencakar langit di sekitar Masjid Al Haram.
Pintu Ka'bah yang kita lihat sekarang juga menyimpan cerita menarik. Sebelum Rasulullah wafat pernah beliau berkata kalau beliau ingin Ka'bah memiliki dua pintu, satu di depan dan satu di belakang sebagai pintu keluar, tapi sayang sampai Rasulullah wafat keinginan itu belum terwujud.
Barulah pada masa Abdullah Ibnu Jubair (keponakan siti Aisyah) ingin merealisasikan keinginan Rasulullah tersebut. Akhirnya, beliau berkeinginan untuk merenovasi Ka'bah menjadi dua pintu seperti keinginan Rasulullah.
Tapi, penduduk Makkah pada saat itu menentang keinginan tersebut. Mereka takut dan trauma dengan peristiwa burung ababil yang mengancurkan tentara Abraha ketika ingin menghancurkan Ka'bah, tetapi Abdullah ibnu Jubair tetap melaksanakan perenovasian pintu Ka'bah.
Dan, akhirnya Ka'bah memiliki dua pintu, setelah beliau wafat. Pada masa Abbasiyah, Ka'bah dirombak lagi dan dikembalikan menjadi satu pintu, khalifah selanjutnya mengubah lagi menjadi dua pintu, akhirnya pada zaman imam Malik, beliau mengusulkan dikembalikan seperti zaman Rasulullah yaitu satu pintu. Karena, kalau dibiarkan seperti itu, akan merusak bangunan Ka'bah karena dirombak terus sesuai dengan keinginan sang khalifah yang berkuasa.