REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Dari sisi geologis, sumber air zamzam ini masuk kategori sumur gali dengan kedalaman sekitar 30,5 meter. Hingga kedalaman 13,5 meter dari permukaan tanah, lubang sumur merupakan lapisan aluvium Wadi Ibrahim. Lapisan ini diperkirakan berasal dari endapan pasir yang awalnya ada di tempat lain.
Di bawah lapisan aluvial Wadi Ibrahim, terdapat setengah meter lapisan tanah yang menjadi tempat utama keluarnya air-air di sumur zamzam. Kemudian, di kedalaman 17 meter, sumur ini menembus lapisan batuan keras, yaitu batuan beku diorit. Batuan beku jenis ini (diorit) agak jarang dijumpai di Indonesia atau di Jawa, tetapi sangat banyak dijumpai di Jazirah Arab. Pada bagian atas batuan ini, terdapat rekahan-rekahan yang juga memancarkan air.
Yang luar biasa dari sumber air zamzam ini adalah debit airnya yang sangat besar. Dari hasil uji pemompaan, sumur zamzam yang memiliki diameter 1,46 hingga 2,66 meter ini mampu mengeluarkan air sebanyak 11–18,5 liter per detik. Setiap menitnya, air yang dikeluarkan dapat mencapai 660 liter per menit atau 40.000 liter per jam.
Dalam uji tersebut, para ahli geologi melakukan pemompaan air zamzam sebanyak 8.000 liter per detik selama lebih dari 24 jam. Dari pemompaan sebesar itu, tinggi permukaan air sumur turun dari kedalaman 12,72 meter menjadi 13,39 meter dari permukaan tanah. Namun, ketinggian air kemudian berhenti merosot. Bahkan, air kembali naik ke kedalaman semula setelah 11 menit pemompaan dihentikan. Dari hal ini, bisa disimpulkan bahwa air zamzam sepertinya tak akan pernah kering.
Dahulu, di atas sumur, terdapat bangunan dari tembok seluas 8,3 kali 10,7 meter untuk tempat minum jamaah haji. Namun, antara 1381-1388 H, bangunan ini ditiadakan untuk memperluas tempat tawaf. Tempat untuk meminum air zamzam kemudian dipindahkan ke ruang bawah tanah.
Di tempat minum air zamzam tersebut, awalnya terdapat 350 keran air (220 keran untuk laki-laki dan 130 keran untuk perempuan). Namun, ruang bawah tanah ini pun sudah ditutup.
Sejauh ini, sudah banyak kebijakan yang diambil Pemerintah Arab Saudi untuk memelihara sumur zamzam. Salah satunya membentuk badan khusus pengelolaan air zamzam pada 1415 H (1994).
Untuk kebutuhan minum penduduk Makkah, air diambil dari sumber mata air zamzam. Namun, untuk keperluan mandi, air diambil dari hasil penyulingan air laut. Sedangkan, untuk melayani para jamaah haji, Pemerintah Arab Saudi telah membangun tangki penampungan air zamzam berkapasitas 15.000 meter kubik yang bersambung dengan tangki lain di bagian atas Masjidil Haram.
Tidak seperti air alami pada umumnya, air zamzam ini mengandung mineral alami sebanyak 2.000 mg per liter. Biasanya, air alami lain hanya mengandung unsur mineral tak lebih dari 260 mg per liter. Kandungan yang tinggi inilah yang menyebabkan rasa air zamzam menjadi sangat khas dan dipercaya dapat memberikan khasiat khusus.