REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari Jatinegara Kaum kita beralih ke Proyek Senen, Jakarta Pusat. Tapi kita bukan untuk berbelanja dimana pasar ini diserbu pembeli untuk kebutuhan Lebaran.
Di bagian belakang Proyek Senen, tepat di depan Gelanggang Remaja Planet Senen dan Stasiun KA Senen juga terdapat sebuah masjid tua bernama Al-Arief. Tidak diketahui pasti berapa usia masjid ini.
Menurut seorang petugasnya, usia masjid lebih dari 200 tahun. Sayangnya, petugas ini tidak mau menjelaskan lebih rinci tentang masjid ini. Ia hanya menyatakan kecewa karena masjid tua yang dulunya terletak di Gang Jagal Senen tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah.
"Karena masjid kami waktu itu berseberangan dengan Golkar," katanya.
Di belakang masjid yang dapat menampung sekitar 500 jamaah ini, terdapat lima buah makam tua di antara ratusan motor yang diparkir di sekitarnya. Diantaranya terdapat makam Syeh Daeng Ariefuddin, pendiri masjid Al-Arief.
Menurut seorang petugas, ia adalah keturunan Sultan Hasanuddin dari Sulawesi Selatan. Masjid ini pernah mau dibongkar pada masa Belanda, dan juga setelah kemerdekaan. Tapi berkat kegigihan pengurusnya dan umat Islam setempat, upaya membongkar masjid ini dapat digagalkan.
Memang sampai 1967, lokasi masjid ini di daerah hitam Planet Senen. Hingga didepannya seringkali mangkal para WTS dan hidung belang.
Waktu itu ada pemedo: "Mau menuju ke surga (masjid) atau ke neraka (tempat WTS)". Tapi sayangnya para pengunjung lebih banyak menuju ke neraka.
Di Pasar Senen, salah satu pasar tertua di Jakarta, juga terdapat sebuah masjid tua lainnya. Masjid At-Taibin yang terletak disamping gedung Gas Negara didirikan oleh para pedagang Pasar Senen sejak 1815. Masjid ini juga dapat diselamatkan dari pembongkaran Segi Tiga Senen pada 1980-an untuk tempat perkantoran dan pembelanjaan mewah (Atrium).
Baca juga: Menelusuri Masjid-Masjid Tua di Jakarta (1)