Kamis 21 May 2020 17:04 WIB

Petugas Kesehatan Berperan Jadikan Jamaah Haji Istithaah

Kemampuan fisik menjadi bekal utama untuk melaksanakan haji.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Muhammad Fakhruddin
Petugas menyuntikkan vaksin saat pemeriksaan dan pembinaan kesehatan Calon Jemaah Haji di Puskesmas Merdeka Palembang, Sumsel, Senin (24/2/2020).
Foto: Antara/Feny Selly
Petugas menyuntikkan vaksin saat pemeriksaan dan pembinaan kesehatan Calon Jemaah Haji di Puskesmas Merdeka Palembang, Sumsel, Senin (24/2/2020).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Penyelenggaraan ibadah haji 2020 memang belum mendapatkan kepastian karena situasi wabah virus corona saat ini. Namun demikian, baik calon jamaah maupun petugas haji tentunya harus mempersiapkan diri dalam menghadapi kemungkinan ibadah haji digelar tahun ini.

Sekretaris umum DPP Forum Perawat Kesehatan Haji Indonesia (FPKHI), Sumedi, mengatakan bahwa setiap calon jamaah haji perlu menyiapkan diri agar memiliki kesehatan yang optimal sejak sebelum keberangkatan haji. Secara umum, ia mengatakan kemampuan fisik menjadi bekal utama untuk melaksanakan haji selain bekal materi dan pengetahuan. Sebab jika tidak memadai, pencapaian ritual ibadah di tanah suci menjadi tidak maksimal.

"Tidak sedikit jamaah yang pelaksanaan rukun hajinya tidak dilaksanakan dengan optimal. Kesehatan adalah modal dalam perjalanan ibadah," kata Sumedi, dalam konferensi pers virtual bertajuk "Menjaga Kebugaran Jamaah Haji Dimasa Pandemi Covid-19" pada Kamis (21/5).

Sementara itu, ia menuturkan bahwa jamaah yang akan berangkat haji harus memenuhi syarat istithaah (mampu) sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 tahun 2016 tentang Istithaah Kesehatan Jamaah Haji dan dan PMK nomor 62 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji. Dalam hal ini, menurutnya, perawat dan petugas kesehatan haji berperan untuk menjadikan jamaah haji istithaah kesehatan. Terutama, di masa pandemi virus corona (Covid-19) saat ini.

 

Jika haji tahun ini batal digelar, tim petugas haji memiliki waktu lama untuk melakukan pembinaan dan menyusun rencana terkait pelaksanaan ibadah dan kesehatan yang terukur. Misalnya, soal kondisi fisik dan penyakit jamaah, dan juga bisa secara teratur mengevaluasi kondisi jamaah.  

Namun jika penyelenggaraan ibadah haji tahun ini diadakan, tentunya akan ada sejumlah pemeriksaan khusus, baik bagi jamaah maupun petugas. Terutama, tes khusus untuk Covid-19. Ia mengatakan, pemeriksaan kesehatan ini penting dan harus dilakukan sesuai prosedur agar mereka memiliki keterangan sehat saat nanti diperiksa kembali di bandara Arab Saudi.

Akan tetapi, ia menekankan bahwa biaya pemeriksaan akan cukup besar untuk melakukan tes Covid-19 bagi jamaah dan petugas haji jika haji tahun ini jadi digelar. Selain itu, menurutnya, pelaksanaan haji tahun ini juga akan menghadapi sejumlah tantangan.

Menurutnya, kuota petugas kesehatan haji berpotensi menurun atau tetap karena adanya peningkatan kuota jamaah haji. Sementara peningkatan jumlah jamaah haji itu berpotensi mengancam keselamatan jamaah. Apalagi di tengah kondisi pandemi saat ini, ada berbagai faktor yang bisa memperburuk kondisi jamaah. Misalnya, faktor pengetahuan, kaget saat kondisi banyak orang dan berdesakkan, dan kondisi kesehatan jamaah itu sendiri.

Karena itu, ia menekankan pentingnya peran petugas kesehatan dalam penyelenggaraan kesehatan haji ini, dimulai dari pembinaan, pelayanan dan perlindungan terhadap jamaah. Sumedi menjelaskan, bahwa peran perawat penting untuk mencapai kondisi istithaah kesehatan jamaah haji, mengendalikan faktor resiko kesehatan jamaah, menjaga agar jamaah dalam kondisi sehat selama di Indonesia, selama perjalanan dan di Arab Saudi, dan mencegah terjadinya transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa keluar atau masuk oleh jamaah haji.

"Para petugas haji harus membina dan melayani jamaah dengan komitmen yang sungguh-sungguh," lanjutnya.

Sumedi mengatakan, bahwa petugas kesehatan haji harus mengutamakan layanan yang preventif dan promotif, terutama bagi jamaah berisiko tinggi (risti). Tujuannya, kata dia, untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian jamaah haji.

Dalam hal ini, ia menambahkan bahwa petugas kesehatan harus sering menanyakan tentang kondisi kesehatan jamaah. Menurutnya, perlu pendekatan yang terus menerus dan komprehensif yang harus dilakukan petugas haji terhadap jamaah. Di sini, petugas perlu peka untuk melihat dari berbagai sisi setiap jamaah. Misalnya, melihat buku kesehatan jamaah, rekam medisnya, terutama jika mereka pernah dirawat karena gangguan jiwa.

"Kalau perlu orang yang memiliki gejala yang mengarah gangguan jiwa didekatkan dengan petugas supaya terus dapat bimbingan," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement