REPUBLIKA.CO.ID -- Daya tarik budaya dan warisan utama Arab Saudi, Al Ula, akan dibuka kembali pada Oktober ini. Al Ula untuk pertama kalinya akan dibuka sepanjang tahun.
Al Ula berisi banyak harta arkeologis termasuk Al Hijr, landmark pertama di Kerajaan Arab Saudi, yang terdaftar di UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia.
Al Hijr adalah sisa-sisa kota berusia 2.000 tahun yang didirikan oleh orang-orang Timur Tengah kuno di masa pra-Islam. Pada abad pertama SM, komunitas Nabatean menjadikan Al Hijr sebagai kota terbesar kedua, di belakang ibu kota mereka Petra di Yordania modern.
Al Hijr telah menarik perhatian pengunjung dari seluruh dunia, termasuk pejabat asing seperti Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian.
Situs itu, juga dikenal sebagai Madain Saleh, memiliki lokasi yang strategis di jalur perdagangan kuno di tempat yang sekarang menjadi wilayah barat laut Al Ula di Arab Saudi.
Orang-orang Nabatea membangun rumah, kuil, dan makam, 131 di antaranya masih ada, terbuat dari gundukan batu pasir besar. Ada juga sistem penampung air kuno dengan sumur dan sumur.
Tempat itu disebutkan dalam Alkitab dan Alquran, yang mengatakan di tempat itulah Nabi Saleh saat pra-Islam meminta umatnya untuk menyembah Tuhan, meskipun mereka menolak permintaan itu.
Sisa-sisa peradaban Nabatean awal terbuka untuk pengunjung di musim gugur bersama dengan tempat-tempat bersejarah lainnya di Al Ula. Ini merupakan sebuah wilayah yang mencakup 22.561 kilometer dan bakal menjadi museum hidup terbesar di dunia pada tahun 2035.
BACA JUGA: Arab Saudi Israel Terlibat Pembicaraan Masjid Al Aqsa