REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Garuda Indonesia maskapai nasional yang menerbangkan jamaah haji menerima keputusan pemerintah batalkannya pemberangkatan jamaah haji. Dibatalkannya pemberangkatan jamaah haji tahun ini karena di Arab Saudi masih terjadi pandemi Covid-19.
"Kita menerima," kata Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra, saat dihubungi, Rabu (3/6).
Irfan mengakui dibatalkannya pemberangkatan jamaah haji membuat maskapai, termasuk Garuda Indonesia yang menerbangkan jamaah haji tidak memiliki pamasukan. Ada empat maskapai yang menerbangkan jamaah haji selain Garuda ada Citylink, Saudi Arabia Airlines, dan Fly Nash. "Dan tentu saja berdampak terhadap pendapatan Garuda. Karena biasanya setiap tahun membawa jamaah Haji Indonesia," ujarnya.
Meski mengganggu pemasukan, Garuda tetap menerima keputusan Menteri Agama Fachrul Razi pemberangkatan jamaah haji. Karena sangat beresiko jika penyelenggaraan ibadah haji dilaksanakan ketika pendemi masih terjadi di wilayah Arab Saudi. "Namun demi kepentingan yang lebih besar Garuda mendukung keputusan pemerintah," katanya.
Irfan mengatakan, sampai saat ini pihaknya belum ada kontrak dengan Kementerian Agama (Kemenag) dan pihak swasta terkait masalah transportasi haji tahun 2020. Meski demikian Kemenag sudah melakukan beberap kontrak dengan pihak Saudi sebagai bentuk persiapan. "Belum ada (kontrak dengan baik dengan pemerintah maupun swasta untuk haji ini)," katanya.
Dalam kesempatan lain Irfan mengakui dampak pandemi Covid-19 ini membuat Garuda Indonesia mengalami penurunan pendapatan sangat drastis. “Untuk Garuda Indonesia sendiri, pendapatan kami menurun hampir di level 90 persenan. Pesawat kita 70 persen parkir di-grounded,” kata Irfan dalam sebuah diskusi virtual yang diselenggarakan Balitbang Kementerian Perhubungan, Selasa (2/6).
Dia menjelaskan saat ini tingkat keterisian penumpang Garuda Indonesia di bawah 50 persen. Untuk itu, Irfan merasa dampak pandemi Covid-19 sangat berat bagi Garuda Indonesia dan juga maskapai lainnya.
“Begitu ada goyangan seperti ini akan sangat goyang sekali. Tadi ada grafik yang menyatakan saat awal maret menukik drastis mulai dari penumpang dan pendapatan,” ungkap Irfan.
Irfan menilai, dampak yang begitu berat juga bahkan sangat terasa kepada sektor pariwisata. Bahkan sektor pariwisata sudah terdampak lebih awal dirasakan bisnis perhotelan saat pandemi Covid-19 masih terjadi di China. “Contohnya di Bali, Manado, dan Bintan yang menajdi tiga daerah terkena dampak justru ketika China pertama kali terimbas,” ujar Irfan.
Meskipun begitu, Irfan menegaskan komitmen Garuda Indonesia sebagai maskapai pelat merah yang tidak bisa begitu saja menghentikan penerbangan meski dalam situasi sulit. Irfan menegaskan, Garuda Indonesia juga memiliki tanggung jawab memastikan konektivitas tetap tersambung.
“Oleh sebab itu sejak ada Covid-19 pertama, Garuda Indonesia tetap terbang dan melayani rute yang selama ini dilayani baik itu Amsterdam, Australia, Jepang, Hong Kong, Korea Selatan termasuk di dalamnya kota di Indonesia. Secara dinamis kita liat load factor-nya dan kemudian pelan-pelan kita turunkan frekuensi penerbangannya,” ungkap Irfan.