Kamis 04 Jun 2020 13:52 WIB
haji

Lagu Para Pengendara Unta: Kisah Karavan Haji ke Makkah

Kisah pengendara unta untuk berhaji ke Makkah.

Mahmal  dan Kiswah saat  di bawa ke Makkah bersama karavan jamaah haji.
Foto: google.com
Mahmal dan Kiswah saat di bawa ke Makkah bersama karavan jamaah haji.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika.

Hari-hari ini di sela pembatalan kepergian jamaah haji ke Tanah Suci memang ada hal unik lain, yakni adanya usaha negara-negara di kawasan Arabia untuk mengabadikan lagu pengendara unta ke UNESCO agar menjadi salah satu artefak budaya dunia. Lagu ini sangat menarik karena iramanya sama, tetapi ditasfirkan dengan berbagai bentuk syair oleh negara-negara yang berbeda di kawasan itu.

Memang bila didengaran sekilas lagu itu terasa ada suasana mencengkam dan sunyi. Para pengelana padang pasir seperti dicekam kesunyian akut yang ada di terik matahari yang panas serta kawasan ganas tak berair ataupun pepohonan. Yang ada hanya batu dan batu.

Di tengah suasana itu mereka harus membuang segala gejolak keresahan hati. Mereka harus terus menyemangati diri dan terus memperhatikan gerak arah untanya. Dalam lagu itu jelas tergambarkan suasana padang pasir yang ganas.

Nah, salah satu yang tepat untuk memahami sukarnya perjalanan di padang pasir terdapat dari kisah rute perjalanan jamaah haji ke Makkah dengan berjalan kaki dan naik unta ke Makkah. Kisah ini datang dari catatan lama jamaah haji yang ke Makkah pada zaman dahulu dari berbagai tempat, misalnya dari Irak, Turki, Mesir, Afrika Barat, hingga kerajaan Afrika lainnya. Mari kita telusuri jejak perjalanan jamaah haji pada masa lalu tersebut.

 ----------------------

Seperti diketahui, dalam Alquran soal penggunaan unta untuk ibadah haji disebut dengan sangat spesifik dan tegas. Hal ini misalnya disebutkan dalam surat al-Hajj ayat 27-30. "Dan nyatakan kepada orang-orang tentang ibadah haji; mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan pada setiap unta ramping; mereka akan datang dari setiap jalan yang jauh, sehingga mereka dapat menyaksikan manfaat bagi diri mereka sendiri dan menyebutkan nama Allah pada hari-hari yang diketahui atas apa yang telah Dia sediakan bagi mereka hewan [kurban]. Jadi makanlah dari mereka dan beri makan yang menyedihkan dan miskin. Kemudian biarkan mereka mengakhiri keresahan mereka dan memenuhi sumpah mereka dan melakukan Tawaf di sekitar Ka’bah."

Maka, berziarah ke Mekah adalah rukun Islam kelima--sebuah kewajiban untuk setiap doa, niat, dan pikiran setiap Muslim. Mereka ke sana dengan bekal sarana jasmani dan rohani yang memadai. Aman di perjalanan pergi hingga pulang. Pada masa lalu hal ini tidak gampang dilakukan karena harus dilakukan melalui perjalanan dengan naik unta.

Dalam soal ini,  semua Muslim tahu bila setelah menunaikan ibadah haji wada (ibadah haji perpisahan) pada bulan Maret 632, Rasulullah Muhammad tak lama kemudian wafat. Selanjutnya, memimpin penyelengaraan ibadah haji menjadi tugas umat Islam berikutnya dengan kewajiban memberi perlindungan dan keamanan peziarah yang menjadi mangsa kehausan, kelaparan, dan serangan penyamunan dari suku Baduy yang ada di sepanjang jalan.

Para khalifah pengganti Muhammad SAW segera mengabadikan tradisi dengan memimpin haji secara langsung. Awalnya, sampai tahun 656 M ketika masa ke masa khalifahan ‘Ali ibn Abî Talib (600-661) dan para khalifah semuanya saat itu tinggal di Madinah yang jaraknya 430 km dari Makkah. Ali kala itu membentuk tradisi dengan membangun masjid dan asrama bagi para peziarah haji.

 Rare photos of Hajj 1953 (With images) | Makkah, Mecca, Kaba

Selanjutnya, pada masa ketika kekhalifahan pindah dari Madinah dan Hijaz ke Damaskus oleh Mu'âwiya bin Abi Sufyân (memerintah 661–680) mereka semakin meningkatkan pentingnya pelayanan perjalanan ibadah haji ke Makkah. Khalifah Mu’awiyah memfasilitasi kemajuan layanan perjalanan jamaah haji menjadi wajib bagi setiap penguasa Muslim.

Memang tindakan Mu’awiyah terhadap jamaah haji bisa dianggap mempunyai dimensi politik. Mu‘awiyah, misalnya, meresmikan tradisi bahwa kain kiswah yang terbuat dari tekstil bersulam yang menutupi batu hitam Ka'bah di Mekah harus disediakan oleh khalifah. Tujuannya jelas untuk menekankan implikasi pribadi dan politiknya.

Sejarawan al-Ya'qubi (meninggal tahun 897) secara eksplisit mengatakan: bila kemduian pada generai berikutnya mengatakan bahwa kekhalifahan menjadi punya haknya untuk mengendalikan Haramayn (kota suci Makkah dan Madinah), yakni setiap khalifa dialah yang memimpin haji untuk Jalan Haji Abbasid: Rute Irak (Darb Zubayda).

                                             ******

Selanjutya pada tahun 750 M, ketika bani Umayyah digulingkan oleh Abbasiyah, yang mengeklaim juga keturunan dari paman Nabi, al-Abbas ibn ‘Abd al-Muththalb. Dari Humeima di Yordania Selatan, mereka pindah ke Irak. Sejak saat itu, karavan haji secara resmi (sebenarnya sudah mulai dari tahun 726 M) berangkat ke Makkah dari Kufa dan Baghdad yang kala itu merupakan ibu kota baru kekhalifahan Abbasiyah.

Rute panjang jalan menuju Makkah ini membentang lebih dari 1.300 km dengan melintasi dataran berbatu yang monoton serta hanya tersedia oleh segelintir oase alami untuk memenuhi keburuhan air minum. Kala itu agar tidak tersesat, jejak rute ini ditandai dengan batu-batu yang sengaja dipasang di sepanjang jalan untuk menciptakan jalan setapak agar tidak terhapus oleh badai pasir sehingga terkubur secara dalam.

Pada malam hari, saat itu para pemandu peziarah yang bepergian membuat api unggun dingin malam setelah seharian menghindari terpaan panas matahari yang menyiksa. Untuk kebutuhan menyimpan air minum bagi peziarah, mereka membangun semacam waduk dengan ukuran persegi 30-50 m dengan kedalam 5 m. Bangunan ini terbuat dari batu potong yang secara internal dilapisi dengan cairan plester.

Benteng dan bangunan karavan didirikan untuk melindungi para peziarah. Salah satunya dibangun atas perintah Zubayda binti Ja'far (meninggal pada 831), cucu perempuan Khalifah al-Mansour dan istri paling saleh dari Khalifah al-Rasyid (memerintah 786- 809). Sampai sekarang sisa bangunan ini masih ada dengan memakai nama ‘Darb Zubayda’.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement