REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kisah Ka'bah tak bisa dipisahkan dari Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Keduanya membangun atau dalam riwayat lain meninggikan Ka'bah yang digunakan untuk beribadah haji umat Muslim hari ini.
Dalam buku the Greatest Stories of al-Qur'an karya Syekh Kamal As Sayyid diceritakan Ibrahim dan Ismail mendapat perintah membangun Ka'bah dari Allah. Mereka berkerja keras menunaikan misi pembangunan Ka'bah untuk menjadi simbol Tauhid. Allah SWT berfirman kepada Ibrahim, “Bangkitlah dan dirikanlah untuk-Ku sebuah rumah.”
Ibrahim berkata, “Ya Tuhan, Di manakah?”
Allah berfirman, “Akan Kami tunjukkan kepadamu.”
Berikutnya Allah SWT mengutus awan berkepala untuk berbicara kepada Ibrahim, “Hai Ibrahim, sesungguhnya Tuhanmu menyuruhmu untuk membuat garis sebesar awan ini.”
Lalu Ibrahim AS memandang ke arah awan dan mengambil ukurannya. Selanjutnya awan kepala itu berkata kepadanya, “Apakah sudah engkau lakukan?”
Ibrahim menjawab, “Ya.” Lalu awan itu pun menghilang. Kemudian Allah SWT memunculkan pondasi yang menancap dari bumi, yang kemudian dibangun oleh Ibrahim AS.
Pembangunan Ka'bah bukanlah perkara mudah. Pada masa itu, teknologi pembangunan masih terbatas hingga semua dilakukan secara konvensional. Ketekunan jadi modal dasar Ibrahim dan Ismail ketika mengumpulkan batu, pasir sekaligus menyiapkan fondasi.
Setiap harinya mereka bangun satu baris demi satu baris sampai meraih ketinggian delapan meter. Saat itu, Ka'bah bisa difungsikan sebagai tempat berkumpul.
Al-Azraqy meriwayatkan dari Ibnu Juraij, bahwa Ali bin Abi Thalib berkata, “Ibrahim AS melangkah diiringi malaikat, awan, dan burung. Mereka adalah petunjuk jalan, hingga Ibrahim AS menempati Baitul Haram, sebagaimana laba-laba menempati rumahnya. Dia melakukan penggalian dan memunculkan pondasi dasarnya sebesar punggung unta. Batu itu hanya dapat digerakkan oleh tiga puluh orang laki-laki.”
Bangunan Ka'bah memiliki dua pintu yaitu menghadap timur dan menghadap barat. Ibrahim sempat mengumpulkan tanaman harum dan meletakkannya di atas pintu Ka'bah. Lalu istri Ibrahim, Siti Hajar tiba untuk menyerahkan kain penutup Ka'bah. Dengan demikian, tuntaslah pembangunan Ka'bah.
Kemudian, mereka mengajak orang-orang untuk melakukan haji ke Baitullah yang baru saja rampung. Memang, selalu ada tantangan dalam mengajak manusia ke jalan kebaikan. Tapi seiring berjalannya waktu, ibadah yang dilakukan keluarga Ibrahim terus berlanjut sampai hari ini dengan nama haji.
“Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), “Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu pun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang rukuk dan sujud.” (QS. Al-Hajj: 26).