Jumat 17 Jul 2020 22:56 WIB

Sambut Bulan Dzulhijjah dengan Merencanakan Kebaikan

Dzulhijjah yaitu Dzul yang artinya pemilik dan Al-Hijjah yang artinya adalah Haji.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Fakhruddin
Sambut Bulan Dzulhijjah dengan Merencanakan Kebaikan (ilustrasi).
Foto: Republika/ Amin Madani
Sambut Bulan Dzulhijjah dengan Merencanakan Kebaikan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sebentar lagi kita memasuki bulan Dzulhijjah yang bulan masehinya bertepat dengan tanggal 22 Juli. Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu bulan yang masuk dalam jajaran empat bulan haram yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. 

Ustaz Hanif Luthfi, Lc., MA dalam bukunya "Amalan Ibadah Bulan Dzulhijjah" mengatakan, sebagaimana hadits Rasulullah mengatakan terkait keutamaan empat bulan tersebut.

"Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah SWT menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan di antaranya terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan berturut-turut; Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram serta satu bulan yang terpisah yaitu Rajab Mudhar, yang terdapat di antara bulan Jumada Akhiroh dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ustaz Hanif mengatakan, orang-orang Arab menamai bulan tersebut dengan nama Dzulhijjah adalah karena pada bulan tersebut orang-orang Arab melakukan ibadah haji sebagai bentuk pelaksanaan ajaran-ajaran Nabi Ibrahim Alaihissalam, dan kebiasaan ini sudah ada sejak zaman Jahiliyah. 

"Dzulhijjah berasal dari dua kata, yaitu Dzul yang artinya pemilik dan Al-Hijjah yang artinya adalah Haji," katanya 

Menurutnya, ada banyak keutamaan yang patutnya bisa kita persiapkan menjadi amalan ibadah kita. Mungkin untuk tahun ini, ada beberapa amalan yang terhalang untuk bisa dilakukan karena adanya pandemi. "Tetapi masih banyak yang kita bisa lakukan yang lain," katanya.

Untuk itu sudah sebaiknya kita sebagai umat Islam untuk merencanakan amalan apa yang mesti dilakukan. Karena merencanakan kebaikan itu sendiri sudah menjadi amal baik.

Ustaz Hanif menyampaikan, bahwa banyak hadis yang menyebutkan bahwa baru merencanakan kebaikan saja sudah dicatat menjadi amal baik. Dalam hadits qudsi dengan sanad yang  shahih dari Ibnu Abbas disebutkan hadits:

"Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu dari Nabi Muhammad SAW tentang hadits yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya Azza wa Jalla. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan kemudian menjelaskannya.

Barangsiapa berniat melakukan kebaikan namun dia tidak (jadi) melakukannya, Allah tetap menuliskanya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat berbuat kebaikan kemudian mengerjakannya, maka Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak.

Barangsiapa berniat berbuat buruk namun dia tidak jadi melakukannya, maka Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Dan barangsiapa berniat berbuat kesalahan kemudian mengerjakannya, maka Allâh menuliskannya sebagai satu kesalahan.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Ustaz Hanif mengatakan, dari hadits di atas diketahui bahwa orang yang berkeinginan untuk melakukan kebaikan, meski belum dilakukan maka sudah dicatat satu kebaikan. Jika dilakukan, maka dilipat gandakan 10 kali, 700 kali sampai tak terhingga.

Tapi tidak untuk kebalikannya, jika ingin berbuat buruk namun dia tidak jadi melakukannya, maka Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna, bukan ditulis sebagai kejelekan. Tapi jika lantas kemudian dikerjakan kejelekan itu, maka Allah menuliskannya sebagai satu kesalahan.

"Itulah bentuk kebaikan Allah kepada hamba- Nya," katanya.

Dalam hadits lain yang maknanya mirip disebutkan: Dari Hammam bin Munabbih dari Abu Hurairah dari Rasulullah bahwa "Allah berfirman, "Apabila hamba-Ku berkeinginan untuk mengerjakan kebaikan, maka Aku menulisnya sebagai satu kebaikan selama dia belum melakukannya. Jika dia melakukannya, maka Aku menuliskannya sebagai sepuluh kebaikan. Dan apabila dia berkeinginan untuk kejelekan, maka Aku akan mengampuninya selama dia belum melakukannya. Namun jika dia mengamalkannya, maka Aku menuliskannya sebagai satu kejelekan."

Rasulullah berkata, "Malaikat berkata, "Wahai Rabbku, itu adalah hamba-Mu yang ingin berbuat jelek." Dan Dia (Allah) lebih mengetahui (keadaan) hamba tersebut. Allah berfirman, "Kalian awasilah dia. Jika dia mengerjakan kejelekan, maka tulislah dengan semisalnya (satu kejelekan). Dan apabila dia meninggalkannya, maka tulislah untuknya satu kebaikan. Karena dia meninggalkannya karena Aku." (HR. Muslim).

Hadits di atas tegas menunjukkan bahwa ketika seseorang memiliki keinginan untuk berbuat kejelekan (termasuk pebuatan haram), namun dia kemudian tinggalkan karena Allah SWT niscaya Allah akan membalasnya dengan satu kebaikan, alias dia akan mendapatkan pahala karenanya.

Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda. "Sesungguhnya dunia itu untuk empat orang. Pertama, seorang hamba yang dikaruniai Allah berupa harta dan ilmu. Dengan ilmu dan harta tersebut, dia bertakwa kepada Allah dan menyambung silaturrahim. Dia mengetahui bahwa Allah memiliki hak padanya. Ini adalah tingkatan yang paling baik. Kedua, hamba yang diberi ilmu oleh Allah, tapi tidak diberi harta. Niatnya tulus, dia berkata, "Andai saja aku memiliki harta, niscaya aku akan melakukan seperti amalan si fulan." Maka dia mendapatkan apa yang dia niatkan. Pahala mereka berdua sama.

Ketiga, hamba yang diberi harta oleh Allah tapi tidak diberi ilmu. Dia melangkah serampangan tanpa ilmu dalam menggunakan hartanya. Dia tidak takut kepada Rabb-nya dengan harta itu dan tidak menyambung silaturrahim, serta tidak mengetahui hak Allah padanya. Ini adalah tingkatan terburuk.

Keempat, orang yang tidak diberi harta atau pun ilmu oleh Allah. Dia berkata, "Andai aku punya harta tentu aku akan melakukan seperti yang dilakukan si fulan (yang serampangan mengelola hartanya). Dengan niatnya itu, maka dosa keduanya sama." (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad).

Jadi merencanakan kebaikan itu sudah dianggap amal shalih. Meski nanti tak dilaksanakan. Maka, menjelang datangnya bulan Dzulhijjah kita rencanakan kebaikan-kebaikan. Sembari berdoa semoga Allah SWT mudahkan kita untuk melakukan rencana baik itu. 

Doanya adalah yang diajarkan oleh Nabi SAW kepada Bilal bin Rabah: "Dari Muadz bin Jabal radliyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengambil tangannya, lalu bersabda, ’Hai Muadz, demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu.’ Setelah mengatakan demikian, Rasulullah bersabda kembali, ‘Aku berpesan kepadamu, wahai Muadz: 

Jangan sampai kamu meninggalkan setiap selesai melaksanakan sholat supaya membaca: Allahumma ainnk 'ala dzikrika wa syukrika wa husni 'ibâdatik Artinya: 'Ya Allah, semoga Engkau memberi pertolongan kepada kami untuk bisa selalu ingat (dzikir) kepada-Mu, syukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu’." (HR. Abu Dawud).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement