Senin 20 Jul 2020 22:22 WIB

Masjid Awan, Tempat Rasulullah Berdoa Minta Diturunkan Hujan

Masjid Al-Ghamamah adalah salah satu yang tertua di Kota Madinah.

Rep: Febryan A/ Red: Muhammad Fakhruddin
Masjid Awan, Tempat Rasulullah Berdoa Minta Diturunkan Hujan. Foto: Masjid Al-Ghamamah di Arab Saudi.
Foto: arab news
Masjid Awan, Tempat Rasulullah Berdoa Minta Diturunkan Hujan. Foto: Masjid Al-Ghamamah di Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Al-Ghamamah (Masjid Awan) berlokasi sebelah barat daya Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi. Lantas, kenapa masjid tersebut dinamakan demikian?

Menurut Muslim Nasution dalam Tapak Sejarah Seputar Mekah-Madinah (1999), dinamakan al-ghamamah karena di sana lah nabi memohon kepada Allah agar segera diturunkan hujan guna membantu masyarakat Madinah yang tengah dilanda kekeringan. Begitu Nabi selesai berdoa dalam rangka sholat istiqsa, langsung awan (al-ghamamah) datang, lalu turun hujan lebat.

"Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Zaid, dikatakan bahwa Nabi mengajak masyarakat pergi ke al-Mushalla (tanah lapang tempat sholat) untuk melakukan shalat istiqsa. Beliau membalikkan selendangnya, dan sholat mengimami kami dua rakaat dengan mengeraskan bacaannya dalam dua rakaat itu. Lalu mereka dituruni hujan," demikian hadis sahih Bukhari itu dikutip dalam Tempat-Tempat Ziarah di Kota Madinah (2012).

Alasan pendiriannya memiliki kisah tersendiri. Menurut Nasution, masjid itu awalnya adalah tanah lapang. Di sanalah nabi pertama kali melaksanakan Sholat Idul Fitri, yakni pada tahun kedua Hijriah. Belakangan, masjid itu pun didirikan sebagai bentuk penghormatan kepada Rasulullah SAW.

Menurut situs Madain Project, sebuah proyek riset sejarah dan arkeologi tentang tiga agama Abrahamik, Masjid Al-Ghamamah adalah salah satu yang tertua di Kota Madinah. Pendiriannya dilakukan saat Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkuasa pada 86-89 Hijriah.

Lalu, masjid itu sempat direnovasi oleh Sultan Hasan bin Muhammad bin Qalawan Ash-Shalihi pada tahun 1340. Renovasi juga dilakukan Abdul Majid (Sultan Ottoman) pada 1858.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement