REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nahdlatul Ulama (NU) menggelar rukyatul hilal pada Selasa (21/7). Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Marsudi Syuhud mengatakan, dari pemantauan ini ditetapkan 1 Dzulhijjah hijriah dimulai pada Rabu, 22 Juli 2020.
"Hari ini PBNU juga melaksanakan rukyatul hilal, besok (Rabu) sudah tanggal 1 Dzulhijjah, dimulai pada malam ini," kata Marsudi pada Selasa (21/7).
Perayaan Idul Adha pada 10 Dzulhijjah akan jatuh pada Jumat 31 Juli 2020. Penetapan tersebut sama dengan yang diumumkan Pemerintah melalui Kementerian Agama pada Selasa malam.
Selain rukyatul hilal, NU juga menggunakan metode Hisab dalam menentukan 1 Dzulhijjah 1441 Hijriah. Kemudian dilanjutkan dengan metode rukyatul hilal sebagai perintah ibadah. "Ini akan sama (perayaan hari Idul Adha). Mudah-mudahan semua, ada yang tidak sama tapi mayoritas sama," kata dia.
Adapun hisab merupakan suatu metodologi penentuan posisi dan ketinggian hilal melalui pendekatan ilmu falak (astronomi). Selanjutnya, hasil hisab digunakan sebagai dasar pelaksanaan rukyat.
Sebagaimana hadits Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam,
صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا الْعِدَّةَ ثَلَاثِينَ يَوْمًا.
"Berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berbukalah karena melihatnya. Bila penglihatan kalian tertutup mendung, maka sempurnakanlah bilangan (bulan Syaban) menjadi tiga puluh hari".
"NU sampai kapan pun akan melakukan melalui hisab dan rukyat. Organisasi lain cukup dengan hisab, kita hisab dilaksanakan rukyat juga dilaksanakan. Rukyat itu melihat dengan dua mata kepala yang sekarang dibantu dengan teknologi," kata Marsudi.