Tetapi, karena terbatasnya jumlah peziarah tahun ini, ia menyebut pemandangannya berbeda. Jamaah haji bisa pergi ke puncak gunung dengan lancar dan berdoa dengan tenang. Itu adalah pemandangan dan pengalaman yang tak tergambarkan.
Emosi memuncak dirasakan banyak peziarah, termasuk perawat, Manal Barnawi. Ia menyebut pengalaman mengunjungi masjid suci di Makkah seperti pulang ke rumah.
Barnawi bekerja di bangsal Covid-19 di sebuah rumah sakit di Makkah. Ia menyebut telah sering mengunjungi Masjidil Haram sepanjang hidupnya, tetapi merasa rindu setelah masjid ditutup untuk umum karena krisis Covid-19.
"Ketika saya turun dari bus, masih beberapa meter dari masjid, saya menangis. Lalu ketika aku melihat Ka'bah, aku hanya berdiri terpesona," ujar wanita berusia 38 tahun ini.
Pada saat itu, ia merasa sangat berterima kasih kepada Allah SWT. Ia kagum, Allah SWT memilih ia dari sekitar dua miliar Muslim di dunia. Ia berkesempatan menjadi satu dari segelintir orang yang dipilih mengunjungi masjid suci dan melakukan haji tahun ini.
Barnawi dan tiga rekannya didiagnosis mengidap virus Covid-19 pada 20 Mei. Gejala yang ia rasakan kecil, namun tetap melakukan tes dan berakhir dirawat selama sebulan penuh. Idul Fitri, menjadi perayaan yang amat sulit ia lewati.
"Aku harus menghabiskan seluruh bulan Syawal sendirian," ujarnya. Namun kini, Barnawi merasa senang karena Allah SWT memberinya kesempatan untuk menyembah-Nya di rumah-Nya.
Ketika malam terakhir bulan Ramadhan mendekat, ia menjadi sangat bersemangat. Ia berharap sembari berdoa dan berkomitmen rajin shalat malam. Tetapi takdir berkata lain, ia didiagnosis terpapar virus.
Secara fisik ia merasa terlalu lelah untuk beribadah. Selanjutnya, Barnawi merasa tertekan sehingga mengendurkan doa-doanya. Namun, berada di tempat suci membuat ia merasa harus membayar kekurangannya terdahulu.
Ketika Kementerian Haji dan Umrah memanggil dan membawa kabar baik, dia tidak bisa mempercayainya. Banyak yang merasa senang, bahkan iri terhadap kesempatan yang ia dapatkan.
"Ayah saya adalah orang yang paling bahagia bagi saya. Ia adalah orang yang paling saya doakan karena kondisinya yang sedang sakit," ucapnya.
Barnawi telah melakukan haji sebelumnya. Tetapi saat itu ia masih kecil. Dia ingat, tidak bisa memasuki Masjid Namira di Arafah karena banyaknya orang. Namun, kini ia bersyukur karena bisa melakukannya tahun ini.
Sebagai orang dewasa, Barnawi memiliki satu pengalaman lain terkait haji. Bukan sebagai peziarah, tetapi sebagai perawat di Rumah Sakit Mina pada 2018.
“Haji itu penuh sesak, sibuk dan semua fokus. Saya adalah tim kesehatan jamaah. Tetapi tahun ini saya hanya fokus pada diri sendiri dan berdoa untuk semua orang. Haji tahun ini tenang dan benar-benar mendapatkan kesempatan untuk berdoa dengan tulus," lanjutnya.