REPUBLIKA.CO.ID,MAKKAH -- Mohamed Raizwan tidak berani berharap ia akan dipilih untuk haji tahun ini. Karena menyebarnya Covid-19 di dunia, Kerajaan Arab Saudi memutuskan melaksanakan haji dengan jumlah terbatas.
Kurang dari 10.000 orang dilaporkan dapat melakukan ziarah tahunan ke situs-situs paling suci Islam tahun ini. Jumlah ini jelas berkurang drastis dari biasanya yang mendatangkan 2,5 juta jamaah dari seluruh dunia.
Ketika akhirnya Raizwan dan beberapa orang beruntung lainnya dipanggil untuk mengambil bagian dalam haji terkecil itu, yang berputar dalam ingatannya ketika pulang adalah perasaan kagum dengan pengalaman yang ia rasakan.
"Ini adalah waktu terbaik sepanjang hidup saya," kata pria Sri Lanka berusia 29 tahun itu, dilansir di The National, Selasa (4/8). Ia menikmati waktu duduk di bawah naungan Masjid Suci Makkah ketika matahari terbenam, menandakan dimulainya sholat Maghrib, Ahad (2/8) lalu.
Raizwan menyebut ia merasa diberkati dengan pelaksanaan haji ini. Tidak pernah dalam hidupnya, ia berpikir akan mengalami sesuatu seperti itu, haji yang damai.
Pada akhir perjalanan yang berlangsung selama lima hari ini, jamaah dipulangkan dari Makkah ke rumah mereka di seluruh wilayah Kerajaan Saudi. Pelaksanaan haji ditutup sama dengan saat mereka memulai, yakni karantina mandiri selama tujuh hari, untuk memastikan tidak ada yang terpapar Covid-19.
Meski hingga kini tidak ada kasus Covid-19 yang terdeteksi, pihak berwenang dengan hati-hati merayakan keberhasilan upaya mereka mengadakan haji yang aman, di tengah menyebarnya pandemi global.
"Dengan bantuan Allah SWT, kemudian mengikuti semua langkah-langkah kesehatan yang telah kami lakukan, kami senang mengatakan bahwa haji tahun ini tidak mencatat semua kasus Covid-19," kata Juru bicara Otoritas Kesehatan Makkah, Hamed Fehaan.
Fehaan lantas menyebut saat ini saatnya untuk tahap ketiga dari keseluruhan rencana haji 2020. Para peziarah akan tetap menjadi isolasi di rumah selama tujuh hari.
Pemerintah Saudi menerapkan serangkaian langkah-langkah kesehatan yang ketat tahun ini untuk memungkinkan haji berjalan. Di saat yang bersamaan, kerajaan juga berusaha memerangi pandemi Covid-19.
Penggunaan masker wajib selama pelaksanaan haji. Peziarah juga melakukan tes kesehatan sebelum mulai haji. Selanjutnya, mereka diminta memakai gelang elektronik untuk memastikan isolasi dilakukan selama periode karantina.
Perubahan juga dilakukan pada sejumlah praktik haji. Salah satunya yang mengalami perubahan, jamaah dilarang menyentuh Ka'bah untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Biasanya, orang-orang datang dari seluruh dunia untuk mengambil bagian dalam haji. Tetapi tahun ini, hanya sekelompok warga negara asing dan warga Saudi yang terpilih dan diberi izin untuk hadir. Pioritas diberikan kepada mereka yang melayani di garis depan krisis Covid-19.
Lebih dari 279.000 Covid-19 kasus telah dikonfirmasi di Arab Saudi sejak awal wabah. Tetapi tidak ada infeksi yang tercatat selama ibadah haji.
Peziarah juga diminta untuk menjaga jarak sosial setiap saat. Para ahli kesehatan ditugaskan menemani setiap kelompok untuk memberikan saran tentang langkah-langkah pencegahan.
Tawaf terakhir, di mana peziarah mengelilingi Ka'bah, berlangsung Ahad (2/8), dengan suara Azan. Jamaah berjalan di garis-garis berwarna yang disusun rapi sepanjang jalur, untuk memastikan jarak sosial yang benar. Gambaran ini sangat berbeda dari biasanya pelaksanaan haji.
Bagi Raizwan dan mereka yang melakukan perjalanan ibadah haji tahun 2020, pengalaman ini menjadi semakin unik. Terik matahari musim panas dan kerumunan besar biasanya membuat hari-hari terasa panjang dan malam menjadi pendek, sehingga perjalanan haji dirasa melelahkan.
"Ini adalah kesempatan besar bagi saya, saya tidak pernah berharap haji seperti ini ketika saya datang untuk melakukan itu. Saya selalu berpikir ketika saya melakukannya akan dengan banyak kesulitan," katanya.
Sumber: https://www.thenational.ae/world/gcc/no-coronavirus-at-hajj-as-pilgrims-head-for-isolation-and-home-1.1058484