REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Salah satu menjadi kendala umat adalah memanajemen diri. Masjid, tidak hanya berfungsi sebagai tempat peribadatan saja. Namun, masjid hendaknya juga digunakan sebagai alat pemersatu dan pusat peradaban Muslim yang bisa membuat kemakmuran umat di sekitar lingkungan masjid berada.
''Seandainya seluruh masjid digunakan sebagai fungsi sosial, tidak akan ada lagi kemiskinan di Indonesia,'' ujar Prof Dr Nazarudin Umar.
Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji kala itu berbicara dalam cemarahnya mengawali buka puasa dan shalat tarawih bersama Majelis Pengurus Pusat Ikatan Cendekiawan Muslim (ICMI). Ketua Dewan Pakar ICM Pusat, Prof Dr Ginanjar Kartasasmita, malam itu bertindak sebagai tuan rumah.
Lebih lanjut guru besar Universitasi Islam Syarif Hidayatullah itu mengungkapkan, selama ini, Indonesia masih terjebak pada krisis penggunaan masjid. Kata Nazarudin, selama ini masjid hanya mengedepankan fungsi religius saja ketimbang sosial.
Dia mengungkapakan, di negara lain seperti Turki, fungsi masjid bahkan sudah sebagai basis ekonomi masyarakat. Di sekitar masjid, kata dia, sudah dibangun restoran-restoran waralaba yang keuntungannya bisa digunakan pula untuk pengelola masjid. ''Di sana justru masjid menghidupi ulama-ulama yang berjuang untuk kepentingan agama,'' katanya menegaskan.
Sedangkan di Indonesia, kini tercatat ada 679 ribu masjid yang berdiri dan berukuran besar. Sebanyak 70 persennya adalah sudah bersertifikat tanah wakaf. Dari jumlah itu, 20 persennya berhalaman luas. Apabila dijumlah, ada sekitar 200 km persegi lahan masjid yang belum difungsikan. ''Jumlah itu sama dengan luas kota Singapura. Apabila berfungsi akan sangat luar biasa. Dan masyarakat yang tidak pernah ke masjid pun akan datang. Bahkan lama kelamaan tergerak juga hatinya untuk beribadah,'' kata Nazarudin.
Sementara itu, sudah menjadi rutinitas setiap Ramadhan tiba, ICMI menyelenggarakan buka puasa dan tarawih bersama dengan masyarakat sekitar. Selain pengurus dan dewan pembina ICMI, pengusaha, tokoh masyarakat, mantan menteri dan calon pejabat negeri juga berkesempatan hadir. Dr H Muhammad Safi'i Antonio MSc yang menjadi penceramah kedua menambahkan, salah satu menjadi kendala umat adalah memanajemen diri. ''Bagaimana Nabi Muhammad SAW menata diri untuk keluarga dan umat patut kita contoh,'' katanya menegaskan.
Nabi Muhammad, kata Safi'i, merupakan pemimpin yang paling lengkap di dunia. Beliau justru lebih banyak perannya sebagai pemimpin umat ketimbang agama. Selain menerima wahyu, menjadi imam masjid, juga bisa sebagai komandan perang dan pemimpin pemerintahan. ''Napoleon hanya bisanya berperang. Sedang Einsten lebih sebagai ilmuwan. Kalau Nabi Muhammad memimpin dari segala sektor,'' ungkapnya Safi'i.
*Artikel ini telah dimuat di Harian Republika, Kamis, 20 September 2007