REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Presiden Pakistan, Arif Alvi mengatakan pada Senin (14/9), perbankan dan keuangan Islam menawarkan platform berbasis luas untuk mengakhiri eksploitasi ekonomi. Hal ini juga menekankan implementasinya untuk mengangkat segmen masyarakat yang kurang mampu.
Dilansir dari laman Daily Times Selasa (15/9), Berbicara pada upacara ke-10 Global Islamic Finance Awards (GIFA), Alvi mengatakan, keadilan, kesetaraan, transparansi, dan mengejar harmoni sosial merupakan prinsip-prinsip pembiayaan Islam.
Dia menyerukan untuk fokus pada prinsip-prinsip Islam untuk mencegah konsentrasi kekayaan di masyarakat, dan menghilangkan eksploitasi dengan mencegah elitisme. Disampaikan bahwa keuangan Islam memberikan kontribusi 2,7 triliun dolar Amerika secara global, namun menunjukkan bahwa itu relatif jauh lebih sedikit dibandingkan dengan perbankan konvensional.
Dia turut menghargai sebanyak 17 persen bank Pakistan telah beralih ke instrumen yang sesuai dengan Syariah. Kemudian memuji peran Bank Negara Pakistan dan juga Security Exchange Commission Pakistan dalam hal ini.
Alvi menekankan perlunya peningkatan kesadaran masyarakat tentang keuangan syariah, terutama semangat yang mengarah pada dampak positifnya bagi masyarakat. Hal ini karena cakupannya yang jauh lebih besar, daripada hanya sebatas peminjaman uang.
Dia mengungkapkan, pengambilan keuntungan yang dibenarkan, dan menetapkan batas yang sesuai untuk menghindari eksploitasi merupakan tantangan nyata bagi bank.
Di samping itu, disebutkan bahwa pandemi virus corona telah menimbulkan masalah keuangan di seluruh dunia, yang membutuhkan adaptasi dalam sistem. Ia menyebutkan bahwa program Ehsaas yang dicanangkan pemerintah memberikan bantuan keuangan kepada masyarakat pada saat keadaan ekonomi sulit.
Alvi mendesak perusahaan multinasional untuk memikirkan gagasan bahwa mencari untung tidak boleh menjadi faktor tunggal dalam transaksi. Akan tetapi juga kesejahteraan konsumen, dan karyawan.
Dia menyebut bahwa mekanisme keuangan eksploitatif di negara melawan semangat Islam, dan menyerukan musyawarah mendalam untuk mengatasi keluhan orang-orang. Alvi menyerukan untuk tetap memperhatikan faktor-faktor seperti inflasi saat meminjamkan uang kepada konsumen. Apabila negara tidak peduli pada masyarakat yang kurang mampu dan rentan, maka tujuan kemakmuran ekonomi tidak dapat tercapai.
Disampaikan bahwa ekonomi digital memiliki prospek menguntungkan banyak segmen masyarakat, terutama perempuan dan orang dengan kemampuan berbeda. Alvi menekankan pada pengalihan instrumen keuangan menuju kesejahteraan masyarakat untuk mewujudkan konsep 'State of Medina' melalui pengangkatan orang miskin.
Gubernur Bank Negara Pakistan, Reza Baqir menjelaskan tentang kerangka kerja pemerintah tentang kepatuhan Syariah, tantangan dan peluang terkait yang tersedia dengan sistem pembiayaan Islam.
Dia menyebutkan langkah-langkah yang diadopsi oleh pemerintah dalam domain keuangan Islam. Hal ini termasuk representasi tiga mazhab pemikiran Islam di Komite Penasihat Syariah untuk pendekatan inklusif, pembentukan dewan Syariah di bank dan audit Syariah.
Dia mengatakan, perbankan syariah di negara itu mencakup 13 persen Usaha Kecil dan Menengah, serta enam persen dari sektor pertanian. Ini menawarkan peluang besar untuk mengeksplorasi lebih lanjut.
Ketua Pendiri GIFA, Hamayun Dar menyoroti fitur-fitur menonjol dari penghargaan tersebut dengan perannya untuk mempromosikan, mengatur dan mengawasi perbankan Islam dan keuangan di seluruh dunia.
Belum lama ini, Alvi memberikan penghargaan kepada bank-bank yang bergerak di bidang keuangan Islam atas kinerja signifikan mereka di bidang terkait.