REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Abu Bakar Ash Siddiq adalah sahabat pertama yang ditunjuk Nabi Muhammad Rasulullah saw sebagai Amirul Haj. Setiap menempuh safar (perjalanan) adabnya mesti ada yang diangkat menjadi seorang pemimpin safar dan hal ini sesuai HR Abu Daud, Rasulullah bersabda.
"Jika tiga orang (keluar) untuk bepergian, maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang dari mereka sebagai ketua rombongan."
Pemimpin dalam perjalanan haji disebut Amirul haj dan Amirul haj pertama setelah Rasulullah SAW wafat adalah Abu Bakar As-Siddiq.
Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny dalam bukunya "198 Kisah Haji Wali-Wali Allah: Pengalaman Iman dan Rohani Penuh Hikmah untuk Menyempurnakan Perjalanan Haji dan Umroh menuliskan, bahwa Abu Bakar ash Siddiq ditunjuk Rasulullah sebagai Amirul Haj pada tahun 9 Hijriyah.
Ketika Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, beliau memerintahkan Umar bin Khatthab untuk menjadi Amirul Haj, karena beliau sendiri ketika itu masih banyak kesibukan dalam mengurus kaum muslimin di Makkah pasca wafatnya Rasulullah.
"Barulah pada tahun berikutnya Abu Bakar dapat menunaikan ibadah haji dan beliau sendiri yang menjadi Amirul Haj," katanya.
Perjalanan itu diiringi dengan penuh ketawajuhan dan ketawakalan kepada Allah yang tinggi. Sebagai amirulmukminin sekaligus sebagai Amirul Haj, amanah tersebut untuk menuntut perhatian dan tanggung jawab yang lebih besar di atas pundaknya.
Akhirnya, beliau beserta rombongan memasuki kota Makkah sekitar waktu Dhuha. Abu Bakar menggunakan kesempatan itu untuk langsung meziarahi orang tuanya yang memang tinggal di kota Makkah.
Ketika itu ayah Abu Bakar, Abu Quhafah sedang berbincang-bincang dengan beberapa pemuda di teras rumahnya. Begitu Abu Bakar terlihat oleh mereka orang-orang berseru kepada Abu Quhafah.
"Hai, itu putramu telah datang!
Abu Quhafah bangkit dari duduknya. Abu Bakar meminta kepadanya agar tetap duduk dan Abu Bakar bergegas turun dan untanya.
"Wahai, ayah, engkau tidak perlu berdiri!" Kata Abu Bakar.
Ketika itu Abu Bakar memeluk ayahnya dan mengecup keningnya. Abu Quhafah menangis bahagia dengan kedatangan putranya tersebut. Sudah lama mereka tidak berjumpa.
Abu Quhafah sendiri sudah masuk Islam ketika Nabi Muhammad dan Abu Bakar mendatangi Kota Makkah saat Fathu Makkah beberapa tahun sebelumnya. Dan berita kedatangannya segera meluas sehingga tidak lama kemudian datanglah beberapa tokoh kota Makkah seperti Atab bin Usaid, Suhail bin Amru, Ikrimah bin Abu Jahal dan Al-Harits bin Hisyam. Mereka semua adalah para sahabat yang menetap tinggal di kota Makkah.
Abu Quhafah berkata kepada Abu Bakar, "Wahai hari mereka itu adalah orang-orang yang baik. Karena itu jalin lah persahabatan yang baik dengan mereka!"
"Wahai, ayahku, tidak ada daya dan upaya kecuali hanya dengan pertolongan Allah. Aku telah diberi beban yang berat (dengan menjadi khalifah) tentu saja aku tidak akan memiliki kekuatan untuk menanggung, kecuali hanya dengan pertolongan Allah,"jawab Abu Bakar.
Selain kunjungan untuk ibadah haji, sebagai Amirul Mukminin, Abu Bakar juga menggunakan kesempatan itu untuk mengetahui hal ihwal kaum muslimin di kawasan Makkah dan sekitarnya. Beliau bertanya kepada penduduk Makkah.
"Adakah yang akan mengadukan kepadaku suatu kezaliman yang kalian alami?"
Ternyata tidak ada satupun kasus kezaliman yang diajukan kepadanya. Sepanjang musim haji itu, beliau selalu mengulang-ulang pertanyaan di atas. Namun, rupanya tidak ada perlakuan zalim yang terjadi di bawah kepemimpinannya. "Bahkan semua orang malah menyanjung kepemimpinan kepedulian, dan kebajikan beliau terhadap umat," katanya.
Nama lengkap Abu Bakar adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka'ab bin Saad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai bin Ghalib bin Fihr Al Quraisy at-Taimi. Abu Bakar bertemu nasabnya dengan nabi SAW pada kakeknya, Murrah bin Ma'ab bin Lu'ai kakek yang keenam.
Ibunya adalah Ummul al-Khair binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Saad bin Taim ketika ayahnya diberi kunyah Abu Quhafah ra. Dia sendiri dijuluki atiq karena wajahnya yang tampan dan gagah. Sedangkan gelar As-Siddiq yang diberikan kepada Abu Bakar adalah karena ia selalu membenarkan apa yang diberitakan Rasulullah.
Abu Bakar As-Siddiq adalah lelaki dewasa yang pertama kali memeluk Islam. Keislaman Abu Bakar paling banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum muslimin dibandingkan keislaman orang selainnya. Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqash, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah adalah tokoh tokoh Quraisy yang berhasil diislamkan olehnya.
"Beliau banyak menginfakkan hartanya dijalan Allah dan banyak memerdekakan budak budak yang disiksa karena keislamannya, seperti Bilal," katanya.
Abu Bakar, selalu mengiringi keberadaan Rasulullah bahkan dialah yang mengiringi beliau ketika hijrah dari Makkah hingga ke kota Madinah. Di samping itu beliau juga mengikuti seluruh peperangan yang diikuti Rasulullah baik perang Badar, Uhud, Fathuo, Makkah, Hunain maupun Tabuk.
Abu Bakar meninggal dunia pada malam Selasa, antara waktu Maghrib dan Isya pada tanggal 8 Jumadilawal 13 Hijriyah dalam usia 63 tahun. Beliau berwasiat agar jenazahnya dimakamkan oleh asma binti Umais istrinya. Abu Bakar dimakamkan di samping makam Rasulullah ketika shalat jenazahnya di imami Umar bin Al-Khathab.
Sedangkan yang turun langsung ke dalam liang lahat adalah putranya Abdurrahman bin Abi Bakar, Utsman dan Thalhah bin Ubaidillah.