REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Nabi Muhammad ternyata memiliki peran dalam penempatan kembali batu Hajar Aswad di Ka'bah. Beliau mendapatkan kepercayaan dari orang-orang Quraisy untuk meletakkan kembali batu Hajar Aswad.
Kisah ini bermula usai renovasi bangunan Ka'bah selesai pada masa Rasulullah SAW, tibalah saatnya meletakkan kembali Hajar Aswad pada tempatnya semula. Tetapi, terjadi perselisihan pendapat yang tajam di antara orang-orang Quraisy dan hampir-hampir menimbulkan permusuhan.
Perbedaan pendapat tersebut mengenai siapakah yang layak melakukannya. Pada saat yang genting itu, Abu Umayyah Al Makhzumi yang merupakan tokoh yang paling tua dalam Kaum Quraisy tampil meredamkan gejolak perselisihan tersebut.
Abu Umayyah mengatakan bahwa tugas peletakan Hajar Aswad tersebut harus diberikan kepada orang yang paling dulu masuk masjid melalui pintu Bani Syaibah. Orang-orang Quraisy pun lalu menyetujuinya.
Semata-mata atas kehendak Allah, ternyata Nabi Muhammad-lah orang yang pertama kali masuk masjid dari pintu Bani Syaibah. Mengetahui hal ini, orang-orang Quraisy pun berseru sambil bergembira, "Kami rela, karena dialah orang yang dapat dipercaya." Sehingga, dipilihnya Nabi Muhammad untuk meletakkan kembali Hajar Aswad karena begitu percayanya orang Quraisy kepada Nabi Muhammad.
Ketika Muhammad diberi tahu tentang semua ini, beliau lalu membentangkan surbannya dan meletakkan Hajar Aswad di tengahnya. Beliau kemudian meminta kepada setiap kepala suku untuk memegangi ujung-ujung surban dan mengangkatnya bersama-sama. Ketika sampai di tempat, beliau mengambil Hajar Aswad tersebut dengan tangannya sendiri. Nabi Muhammad SAW kemudian meletakkannya di tempat yang semestinya. Puaslah semua orang-orang Quraisy pada saat itu.