IHRAM.CO.ID, TORONTO – Festival Film Internasional Muslim (MIFF) perdana akan diadakan, di teater drive-in Ontario Place, Toronto, pada (30/10) tahun ini.
Dilansir di About Islam, Rabu (28/10), Pendiri MIFF Hirra Farooqi mengatakan, MIFF digelar pertama di Toronto dan juga digelar sebagai festival film di Drive-in. Mengingat situasi pandemi seperti saat ini, pihaknya menyebut banyak festival film yang urung dilaksanakan pada tahun ini.
“Mengingat situasi dunia kita saat ini, banyak festival film yang ada harus gagal tahun ini. Namun, fakta bahwa kami telah cukup diberkati untuk dapat menyelenggarakan acara ini tidak hanya untuk kami, tetapi juga untuk penonton kami yang luar biasa adalah sorotan tersendiri,” ujarnya.
Festival pertama kali ini akan menampilkan film-film dari Kanada, Pakistan, Turki, dan Amerika dan berbagai genre berbeda. Acara ini akan mencakup pemutaran film-film Muslim seperti salah satunya yang berjudul: "Saya Rohingya: Sebuah Genosida dalam Empat Kisah," yang berfokus pada pengalaman 14 pengungsi muda yang melarikan diri dari genosida Muslim Rohingya di Burma, Myanmar.
“Film ini juga merepresentasikan hal yang sedang berlangsung dan bagaimana para pengungsi menyesuaikan diri dengan kehidupan baru mereka dari Myanmar ke Kanada,” ujarnya.
Film lainnya termasuk thriller psikologis, film dokumenter tentang pengalaman pengungsi Suriah di Kanada, film tentang bagaimana seorang wanita Afghanistan memulai gerakan perlawanan, dan film tentang penjajahan Kerajaan Inggris di Asia Selatan.
Menurutnya, film yang dipilih masuk ke dalam festival benar-benar menunjukkan kepada komunitas Muslim betapa beragamnya bakat dalam komunitas Muslim dan representasi yang diinginkan di media. Semua menurutnya ada di festival tersebut dan dibentuk sendiri oleh komunitas Muslim.
Festival Muslim
Hirra Farooqi dan Co-Founder Obaid Babar meluncurkan MIFF setelah menghadiri Zonta Film Festival, sebuah festival yang merayakan para pembuat film wanita. “Sekitar tahun lalu, saya dan salah satu pendiri menghadiri Festival Film Zonta di Waterloo,” kata Farooqi.
Farooqi berpikir tentang betapa pentingnya memiliki festival seperti ini yang merayakan kelompok minoritas. Di sisi lain pihaknya pun belum pernah mendengar atau menghadiri festival yang merayakan kesempurnaan komunitas Muslim. Dari situlah, kata dia, pihaknya Bersama Obaid Babar endapatkan ide tentang Festival Film Internasional Muslim.
Dia melanjutkan, ide cemerlang itu sayangnya harus terbentur dengan kendala akan kehadiran pandemi Covid-19 yang melanda dunia pada awal tahun ini. Penyelenggara pun, menurutnya, terpaksa menyesuaikan rencana mereka dan memindahkan festival ke format drive-in.
“Kami jelas ingin menjadi tuan rumah acara sebagai festival film tradisional, namun karena pembatasan Covid-19, maka kami tidak dapat melakukannya. Hampir sepanjang tahun, kami sangat bingung tentang apa atau bagaimana kami bisa melakukan ini di tahun pertama kami,” tambah Farooqi.
Berbagai kendala pun dihadapi yang pada akhirnya, Farooqi bersyukur dapat menggelar festival film Muslim itu dengan persiapan yang matang. Dia optimistis bahwa festival itu akan terselenggara dengan baik nantinya.
“Tapi Alhamdullillah, dengan Rahmat Allah, kami bisa menyelenggarakan acara ini, tidak persis dengan cara tradisional (cara biasanya) tentu. Tapi saya akan mengatakan dengan cara yang lebih baik. Konsep teater drive-in bukanlah sesuatu yang kami pikirkan sampai kami pertama kali terkena pandemi, tetapi kami sangat bersemangat untuk mencoba dan memastikan festival ini terjadi,” pungkasnya.