IHRAM.CO.ID, MADYAN -- Dikisahkan dalam buku Kisah Bapak dan Anak dalam Alquran oleh Adil Musthafa Abdul Halim, disebutkan kala itu Nabi Musa AS sedang melarikan diri dari serangan orang-orang Koptik. Lalu ia memutuskan untuk keluar dari Mesir dan melakukan perjalanan tanpa arah dan tujuan.
Untuk diketahui, Madyan adalah nama sebuah kota yang terletak di negara Ma’aan, masih termasuk bagian negara Syaam. Bersebrangan dengan negara Hijaz dan berdekatan dengan danau kaum Nabi Luth AS. Madyan adalah nama kabilah atau kaum yang berasal dari satu ayah. Penduduk Madyan adalah orang Arab. Kabilah Madyan adalah keturunan Madyan bin Madyaan bin Ibrahim AS.
Dia tidak membawa bekal atau apapun, yang menjadi santapannya adalah dedaunan yang ditemui di perjalanan. Namun, semua dia serahkan kepada Allah. Setelah berdoa, datanglah seorang malaikat yang memandu Nabi Musa AS. Mereka menuju kota Madyan yang ditempuh dalam delapan hari perjalanan kaki dari Mesir.
Ketika sampai di kota Madyan, dia duduk di akar sebuah pohon untuk berisitirahat. Ia melihat orang-orang sedang mengantre untuk mengambil air dari sumur. Di tempat yang jauh dari sumur, terlihat dua perempuan yang terus menjaga domba peliharaannya. Mereka menunggu selesainya orang-orang mengantre untuk mendapat air agar hewan peliharaannya tidak kehausan.
Setelah selesai memberikaan minum untuk hewan peliharaannya, mereka menutup sumur dengan bongkahan batu besar yang hanya bisa diangkat oleh sepuluh orang laki-laki. Sebagaimana dalam firman Allah dalam surat Al-Qashash ayat 23 :
وَلَمَّا وَرَدَ مَآءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِّنَ ٱلنَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِن دُونِهِمُ ٱمْرَأَتَيْنِ تَذُودَانِ ۖ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا ۖ قَالَتَا لَا نَسْقِى حَتَّىٰ يُصْدِرَ ٱلرِّعَآءُ ۖ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ
Wa lammā warada mā`a madyana wajada \'alaihi ummatam minan-nāsi yasqụna wa wajada min dụnihimumra`ataini tażụdān, qāla mā khaṭbukumā, qālatā lā nasqī ḥattā yuṣdirar-ri\'ā`u wa abụnā syaikhung kabīr
Artinya : “Dan tatkala ia sampai di sumber negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata, ‘Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?’ Kedua wanita menjawab, ‘Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami) sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternaknya), sedangkan bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya.”
Menyaksikan hal itu, Nabi Musa AS segera mendekati mereka dan bertanya apa yang tengah mereka tunggu. Kemudian mereka menjawab mereka tidak mampu berdesak-desakan dengan manusia dan bapaknya telah lanjut usia sehingga tidak mampu bekerja.
Mendengar jawaban itu, Nabi Musa AS merasa kasihan, lalu dia mengangkat bongkahan batu dan mengambil air untuk kedua perempuan tersebut. Setelah selesai mengambilkan air, ia berteduh lagi di bawah pohon untuk menghindari sinar matahari.
Ketika sedang merenungi kondisinya, kedua perempuan yang ia tolong menghampirinya dan mengajak Nabi Musa AS bertemu ayahnya untuk berbalas budi. Dalam surat Al-Qashash ayat 25, Allah berfirman :
فَجَآءَتْهُ إِحْدَىٰهُمَا تَمْشِى عَلَى ٱسْتِحْيَآءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِى يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا ۚ فَلَمَّا جَآءَهُۥ وَقَصَّ عَلَيْهِ ٱلْقَصَصَ قَالَ لَا تَخَفْ ۖ نَجَوْتَ مِنَ ٱلْقَوْمِ ٱلظَّٰلِمِينَ
Fa jā`at-hu iḥdāhumā tamsyī \'alastiḥyā`ing qālat inna abī yad\'ụka liyajziyaka ajra mā saqaita lanā, fa lammā jā`ahụ wa qaṣṣa \'alaihil-qaṣaṣa qāla lā takhaf, najauta minal-qaumiẓ-ẓālimīn
Artinya : “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan)mu dan memberi minum (ternak) kami.”
Nabi Musa AS mengikutinya dan sampailah di kediaman mereka. Saat bertemu orang tua itu yang diketahui sebagai Syekh Madyan itu, Nabi Musa AS menceritakan apa yang terjadi terhadapnya sehingga dia meninggalkan Mesir dan datang ke kota Madyan. Setelah bercerita panjang lebar, orang tua itu berkata, “Jangan takut, sesungguhnya kamu telah selamat dari kejaran orang-orang yang zalim. Karena kamu telah berada di luar kekuasaan Mesir, insya Allah mereka tidak akan dapat menangkapmu.”
Setelah mereka berbincang, salah seorang anak perempuan meminta ayahnya untuk memperkerjakan Nabi Musa AS. Terutama dalam membantu mengurus hewan ternak, karena Nabi Musa AS merupakan seorang yang kuat dan dapat dipercaya.
Ayahnya menyetujui dan menawarkan pekerjaan itu kepada Nabi Musa AS. Serta, menawarkan pula untuk menikahkan salah seorang anaknya dengan memberi mahar yang berupa jasa kerjanya selama delapan tahun. Jika dia sempurnakan pekerjaannya sampai sepuluh tahun, kelebihan dua tahun dilakukan dengan penuh sukarela.
Akhirnya Nabi Musa AS menerima tawaran tersebut dengan baik kemudian mereka melakukan perjanjian seperti firman Allah dalam surat Al-Qashash ayat 28 :
قَالَ ذَٰلِكَ بَيْنِى وَبَيْنَكَ ۖ أَيَّمَا ٱلْأَجَلَيْنِ قَضَيْتُ فَلَا عُدْوَٰنَ عَلَىَّ ۖ وَٱللَّهُ عَلَىٰ مَا نَقُولُ وَكِيلٌ
Qāla żālika bainī wa bainak, ayyamal-ajalaini qaḍaitu fa lā \'udwāna \'alayy, wallāhu \'alā mā naqụlu wakīl
Artinya : “Inilah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan.”
Setelah itu Nabi Musa AS menikahkan anak perempuan Syekh Madyan dan bekerja selama sepuluh tahun. Usai selesai masa kerjanya untuk Syekh Madyan, dia merasa rindu dengan keluarganya yang tinggal di Mesir. Segera ia mempersiapkan barang-barangnya untuk berangkat ke Mesir disertai keluarganya.
Sebelum berangkat, ia mengucapkan kata perpisahan kepada mertuanya. Istrinya pun juga mengucapkan kata perpisahan kepada ayahnya. Lalu mereka berangkat untuk memulai kisah yang baru.