Jumat 20 Nov 2020 16:28 WIB

Jamuan Sufyan bin Umayyah untuk Umar bin Khattab Saat Haji

Sufyan bin Umayyah menjamu Umar bin Khattab saat haji.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Jamuan Sufyan bin Umayyah untuk Umar bin Khattab Saat Haji. Foto: Suasa kehidupan suku Quraisy di Makkah, masa lalu. (liustrasi)
Foto: Dawnofislam film
Jamuan Sufyan bin Umayyah untuk Umar bin Khattab Saat Haji. Foto: Suasa kehidupan suku Quraisy di Makkah, masa lalu. (liustrasi)

IHRAM.CO.ID, JAKARTA--Abdurrahman Ahmad As-Surbuny dalam bukunya "198 Kisah Haji Wali-Wali Allah" menuliskan, suatu ketika pada masa hajinya, Umar bin al-khattab diundang makan oleh Sufyan bin Umayyah. Dalam acara makan tersebut dikeluarkan sebuah nampan besar berisi makanan yang diangkat empat orang pelayan.

Mereka pun makan, tetapi Umar melihat pelayan pelayan itu berdiri saja menyaksikan orang lain makan. Umar bertanya kepada Sufyan,

Baca Juga

"Mengapa para pelayan tidak makan bersama?"

"Tidak, demi Allah, ya Amirulmukminin," jawab Sufyan, mereka akan makan sesudah kita makan untuk menunjukkan kebesaran kita."

"Tidak bisa demikian!" Seru Umar marah.

"Setiap kaum yang rendahkan pelayanannya, maka dia akan direndahkan Allah."kata Umar.

"Ayo para pelayan, silakan makan bersama-sama!"

Pelayan-pelayan itu pun makan bersama-sama.

Abdurrahman Ahmad As-Surbuny mengatakan, sudah menjadi prinsip umat untuk lebih mendahulukan kepentingan rakyatnya daripada kepentingan dirinya sendiri," katanya.

Sehingga beliau pernah hanya memakan minyak selama sembilan bulan. Beliau bersumpah tidak akan makan lauk selain minyak, hingga Allah memberi kelapangan kepada kaum muslimin.

Umar Bin Khattab berusaha kuat menahan nafsunya dan menyibukkan dirinya dengan pandangan akhiratnya. Apabila beliau melewati tempat kotoran, beliau akan berhenti sejenak dan berkata.

"Inilah duniamu yang engkau rakus dengannya."

Beliau menyempatkan diri untuk memikul sendiri karung-karung tepung untuk diberikan kepada janda-janda dan anak-anak yatim. Sahabat-sahabatnya ingin membantu beliau memikul karung-karung itu, tetapi beliau tidak membiarkannya dengan berkata.

"Siapakah yang akan memikul dosa ku pada hari kiamat kelak?"

Selesai menunaikan haji pada tahun 23 Hijriyah, Umar Bin Khattab berdoa kepada Allah di Abthah. Umar mengadu kepada Allah tentang usianya yang telah senja, kekuatannya telah melemah, sementara rakyatnya telah tersebar luas di berbagai penjuru, sedangkan beliau begitu takut tidak dapat menjalankan tugasnya dengan sempurna.

Dia berdoa kepada Allah agar mewafatkannya dengan mati syahid, dan dimakamkan di negeri hijrah (Madinah Al Munawaroh). Akhirnya, Allah SWT mengabulkan kedua permintaan tersebut, yaitu mati syahid dan dimakamkan di Madinah Al Munawaroh.

Beliau dibunuh oleh Abu Lu'lu'ah Fairuz seorang majusi ketika sedang salat subuh di Mihrab pada Rabu 25 Zulhijah 23 Hijriyah.  Abu Lu'lu'ah menikamnya dengan tiga tikaman belati yang memiliki dua mata, ada yang mengatakan enam tikaman, satu di bawah pusarnya, hingga terputus urat-urat dalam perutnya.

Akhirnya Umar jatuh tersungkur dan menyuruh Abdurrahman bin Auf menggantikannya menjadi imam salat. Kemudian Abu lu'luah berlari ke belakang sambil menikam seluruh orang yang dilaluinya.

"Dalam peristiwa itu sebanyak 13 orang terluka dan enam orang jamaah salat tewas," katanya.

Umar Bin Khattab wafat tiga hari setelah peristiwa itu. Beliau dikebumikan pada hari Ahad awal bulan Muharram tahun 24 Hijriyah di kamar Rasulullah di samping Abu Bakar As Siddiq setelah mendapat izin dari Ummul mukminin Aisyah.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apakah internet dan teknologi digital membantu Kamu dalam menjalankan bisnis UMKM?

  • Ya, Sangat Membantu.
  • Ya, Cukup Membantu
  • Tidak
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً ۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْ ۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖ ۗ وَاللّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.

(QS. Al-Baqarah ayat 213)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement