IHRAM.CO.ID, JAKARTA--Abdurrahman Ahmad As-Surbuny dalam bukunya "198 Kisah Haji Wali-Wali Allah" menuliskan, suatu ketika pada masa hajinya, Umar bin al-khattab diundang makan oleh Sufyan bin Umayyah. Dalam acara makan tersebut dikeluarkan sebuah nampan besar berisi makanan yang diangkat empat orang pelayan.
Mereka pun makan, tetapi Umar melihat pelayan pelayan itu berdiri saja menyaksikan orang lain makan. Umar bertanya kepada Sufyan,
"Mengapa para pelayan tidak makan bersama?"
"Tidak, demi Allah, ya Amirulmukminin," jawab Sufyan, mereka akan makan sesudah kita makan untuk menunjukkan kebesaran kita."
"Tidak bisa demikian!" Seru Umar marah.
"Setiap kaum yang rendahkan pelayanannya, maka dia akan direndahkan Allah."kata Umar.
"Ayo para pelayan, silakan makan bersama-sama!"
Pelayan-pelayan itu pun makan bersama-sama.
Abdurrahman Ahmad As-Surbuny mengatakan, sudah menjadi prinsip umat untuk lebih mendahulukan kepentingan rakyatnya daripada kepentingan dirinya sendiri," katanya.
Sehingga beliau pernah hanya memakan minyak selama sembilan bulan. Beliau bersumpah tidak akan makan lauk selain minyak, hingga Allah memberi kelapangan kepada kaum muslimin.
Umar Bin Khattab berusaha kuat menahan nafsunya dan menyibukkan dirinya dengan pandangan akhiratnya. Apabila beliau melewati tempat kotoran, beliau akan berhenti sejenak dan berkata.
"Inilah duniamu yang engkau rakus dengannya."
Beliau menyempatkan diri untuk memikul sendiri karung-karung tepung untuk diberikan kepada janda-janda dan anak-anak yatim. Sahabat-sahabatnya ingin membantu beliau memikul karung-karung itu, tetapi beliau tidak membiarkannya dengan berkata.
"Siapakah yang akan memikul dosa ku pada hari kiamat kelak?"
Selesai menunaikan haji pada tahun 23 Hijriyah, Umar Bin Khattab berdoa kepada Allah di Abthah. Umar mengadu kepada Allah tentang usianya yang telah senja, kekuatannya telah melemah, sementara rakyatnya telah tersebar luas di berbagai penjuru, sedangkan beliau begitu takut tidak dapat menjalankan tugasnya dengan sempurna.
Dia berdoa kepada Allah agar mewafatkannya dengan mati syahid, dan dimakamkan di negeri hijrah (Madinah Al Munawaroh). Akhirnya, Allah SWT mengabulkan kedua permintaan tersebut, yaitu mati syahid dan dimakamkan di Madinah Al Munawaroh.
Beliau dibunuh oleh Abu Lu'lu'ah Fairuz seorang majusi ketika sedang salat subuh di Mihrab pada Rabu 25 Zulhijah 23 Hijriyah. Abu Lu'lu'ah menikamnya dengan tiga tikaman belati yang memiliki dua mata, ada yang mengatakan enam tikaman, satu di bawah pusarnya, hingga terputus urat-urat dalam perutnya.
Akhirnya Umar jatuh tersungkur dan menyuruh Abdurrahman bin Auf menggantikannya menjadi imam salat. Kemudian Abu lu'luah berlari ke belakang sambil menikam seluruh orang yang dilaluinya.
"Dalam peristiwa itu sebanyak 13 orang terluka dan enam orang jamaah salat tewas," katanya.
Umar Bin Khattab wafat tiga hari setelah peristiwa itu. Beliau dikebumikan pada hari Ahad awal bulan Muharram tahun 24 Hijriyah di kamar Rasulullah di samping Abu Bakar As Siddiq setelah mendapat izin dari Ummul mukminin Aisyah.