IHRAM.CO.ID, ANKARA -- Turki mengecam pesan ancaman yang bersifat rasis yang tertulis di lift sebuah gedung apartemen di timur laut Yunani tempat cendekiawan Muslim Ahmet Mete tinggal.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Turki, Hami Aksoy, mengatakan, ancaman itu merupakan insiden yang menunjukkan intoleransi di Yunani.
"Insiden ini sekali lagi mengungkap intoleransi kelompok rasis dan ekstremis di Yunani terhadap keberadaan minoritas Turki di Thrace Barat dan perwakilan mereka," kata Aksoy sebagaimana dilansir di Ahval News, Senin (30/11).
Dia menambahkan, Turki berharap negara Yunani memberikan penjelasan atas insiden keji itu. Selain itu Turki juga berharap Yunani membawa pelakunya ke pengadilan dengan melakukan penyelidikan secara serius dan penuh kepekaan.
Untuk diketahui, minoritas Muslim-Turki di Thrace Barat yang berjumlah sekitar 150 ribu orang telah lama menjadi masalah pertikaian antara Ankara dan Athena.
Turki menyebut Yunani gagal memberikan hak penuh kepada kelompok minoritas di negaranya, termasuk penolakan Yunani terhadap pemberian identitas kelompok minoritas dan pembatasan kebebasan beragama.
Wilayah Western Thrace di timur laut Yunani, yang terletak dekat perbatasan Turki adalah rumah bagi minoritas Muslim Turki yang telah lama berjumlah sekitar 150 ribu orang.
Agustus lalu parlemen Turki telah menyampaikan laporan yang berisi kritik terhadap tindakan Yunani terhadap warga minoritas Muslim Turki di sana.
Dalam pernyataan yang dibuat oleh Departemen Layanan Penelitian Turki, disebutkan bahwa salah satu masalah utama adalah masjid.
"Terlepas dari langkah-langkah positif yang diambil oleh otoritas Yunani, warisan budaya bersama di Yunani belum dilindungi seperti yang dipersyaratkan," ujar Departemen Layanan Penelitian Turki.
Laporan tersebut merujuk pada kegagalan Yunani untuk memulihkan Masjid Çelebi Sultan Mehmet yang berusia 600 tahun di Didymoteicho, Western Thrace di negara Eropa itu. Rumah ibadah umat Muslim ini rusak dalam sebuah insiden kebakaran pada 2017.
Turki telah berulang kali menawarkan kerja sama untuk memulihkan masjid tetapi tidak berhasil. Penulis laporan tersebut mengatakan bahwa pekerjaan restorasi oleh otoritas Yunani telah menghancurkan karakter dan arsitektur asli dari beberapa bangunan rumah ibadah itu.
Kelompok-kelompok Turki di Thrace Barat dan Kepulauan Dodecanese tidak memiliki kendali atas fondasi agama mereka, yang berdampak negatif pada perjuangan untuk melindungi situs bersejarah, menurut laporan tersebut.
Tidak adanya masjid di Athena, Ibu Kota Yunani dan kota terbesar kedua di negara itu, Thessaloniki, menarik reaksi dari minoritas Muslim Turki. "Athena adalah satu-satunya ibu kota di negara Eropa yang tidak memiliki masjid," jelas Departemen Layanan Penelitian Turki