Sabtu 23 Jan 2021 13:01 WIB
Erie Sudewo

'Pemerintah Harus Belajar dari Filantropi Islam'

Tanpa disuruh negara, relawan sudah mengambil peran

Rep: Imas Damayanti/ Red: A.Syalaby Ichsan
Relawan Rumah Zakat melakukan aksi gabungan untuk melakukan penyaluran sedekah pangan di Parit Baru, Desa Biung, Kuala Mandor A, Kabupaten Kubu Raya. Di lokasi ini, hampir semua rumah warga tergenang air terlebih kondisi saat ini air cendrung naik sehingga warga harus membuat panggung sementara di dalam rumah untuk tetap bertahan.
Foto: istimewa
Relawan Rumah Zakat melakukan aksi gabungan untuk melakukan penyaluran sedekah pangan di Parit Baru, Desa Biung, Kuala Mandor A, Kabupaten Kubu Raya. Di lokasi ini, hampir semua rumah warga tergenang air terlebih kondisi saat ini air cendrung naik sehingga warga harus membuat panggung sementara di dalam rumah untuk tetap bertahan.

IHRAM.CO.ID, Secara geografis, Indonesia yang dikelilingi gunung api memang rentan dengan bencana. Musibah gempa bumi, tanah longsor, hingga kekeringan kerap datang menyapa. Tidak mengherankan jika lembaga filantropi Islam menjadi pelopor dalam upaya penanggulangan bencana dari unsur masyarakat sipil.

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai peran dan sepak terjang relawan lembaga filantropi Islam, wartawan Republika Imas Damayanti mewawancarai salah satu pendiri Laznas Dompet Dhuafa, Erie Sudewo, melalui sambungan telepon, Rabu (20/1). Berikut kutipannya.

Bagaimana Anda melihat peran relawan filantropi Islam di Indonesia dalam penanggulangan bencana? 

Boleh dikatakan bahwa peran lembaga filantropi Islam sangat signifikan, ya. Itu jelas sekali terlihat. Tanpa disuruh oleh negara, para relawan sudah ambil peran. Harusnya negara berterima kasih sekali kepada relawan-relawan. Ya, pemerintah juga punya perannya sendiri dalam menanggulangi bencana yang ada di negeri ini, tapi tetap saja ada kekurangannya. Tentunya kita akui bahwa antara lembaga filantropi Islam dan pemerintah itu ada plus minus-nyalah. Tapi tetap, pemerintah harus berterima kasih kepada relawan-relawan ini (filantropi Islam).

 Sejauh mana peran  filantropi Islam berperan?

Lembaga filantropi Islam itu kan unik, ya. Jika dibandingkan dengan NGO (non-governmental organization), (yang) mana yang dilihat mampu sedahsyat lembaga filantropi Islam? Saya rasa sejarah sudah membuktikan bahwa peran relawan lembaga filantropi Islam di Indonesia sangat-sangat menonjol jika terjadi bencana.

photo
Relawan BMH, SAR Hidayatullah, IMS dan Pemuda Hidayatullah mendirikan posko dan dapur umum di Kelurahan Pasirsari, Pekalongan, Jawa Tengah, untuk membantu warga yang dilanda musibah banjir. - (Dok BMH)

Mengapa bisa sedahsyat itu?

Ya, memang prinsipnya sudah ditekankan sedari awal. Sewaktu Laznas Dompet Dhuafa didirikan saja, sejarahnya itu kan para karyawan Republika mengumpulkan dana ZIS (zakat, infak, dan sedekah) untuk didistribusikan kepada para mustahik. Siapa saja mustahik? Ada beberapa kriteria dalam syariat Islam. Prinsip umum yang diterapkan filantropi Islam adalah bagaimana mustahik dapat dibantu, diberdayakan. Dana ziswaf (zakat, infak, sedekah, wakaf) dapat disalurkan dengan pendekatan-pendekatan syariat, humanis, dan tentunya bernilai manfaat tinggi. Maka, jangan heran misalnya jika terjadi bencana di Indonesia, semua lembaga filantropi Islam itu langsung bergerak. Tanpa disuruh negara, bayangkan!

Bagaimana pandangan Anda tentang penanggulangan bencana oleh pemerintah? 

Secara pribadi, dari zaman SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) saya sudah menulis, Pak SBY itu sudah mengumpulkan zakatnya sebesar 2,5 persen, dikumpulkan dengan zakat-zakat orang lain untuk dibagikan kepada orang miskin. Tapi, sedekah Pak SBY sebagai presiden (kala itu) apa? Ingat, ya, sedekahnya pemimpin itu adalah kebijakannya.  Kebijakan membangun welfare state (negara kesejahteraan) itu apa? Tidak boleh impor sedahsyat-dahsyatnya, tapi (pada akhirnya) mangkrak di Bulog. Tidak boleh mencari investasi sebesar-besarnya, tapi tidak ditanya maksud dan tujuan investasi itu apa. Jadi, kita penuh sandiwara, welfare state enggak akan bisa dibentuk.  

Sementara itu, lembaga filantropi Islam yang selama ini disepelekan, fokus pada mustahik, pada muwaquf alaih-nya. Itu berbicara tentang trust. Padahal, lembaga filantropi Islam ini tidak memiliki kekuasaan dan power yang kuat sebagaimana pemerintah.

 Apa kekuatan lembaga filantropi Islam selama ini? 

Trust! Karena dipercaya umat, dipercaya oleh muzaki. Karena memang yang menjadi prioritas dan fokus lembaga filantropi Islam adalah mustahik. Sementara itu, jika dibandingkan, harusnya pemerintah lebih dahsyat perannya daripada lembaga filantropi. Mengapa? Karena mereka punya jabatan, punya kekuasaan, punya APBN, punya macam-macam, maka harusnya lebih powerful. Maka pemerintah harus banyak belajar dari lembaga filantropi Islam.

sumber : Dialog Jumat
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement